HARIAN MERAPI - Nama Pramoedya Ananta Toer bukan saja menasional namun juga dikenal di dunia internasional.
Namun tidak semua orang tahu sosoknya. Padahal ia sudah menghasilkan karya spektakuler dan diakui dunia.
Budayawan Hilmar Farid menggambarkan Pramoedya Ananta Toer sebagai salah satu penulis Indonesia yang karya-karyanya paling banyak diterjemahkan ke bahasa asing, sekitar 25 bahasa.
Baca Juga: Presiden Prabowo Anggarkan Rp48,8 Triliun untuk Kelanjutan Pembangunan IKN
Karya-karya Pram, menurutnya, berhasil menarasikan Indonesia dengan begitu memukau, mencerminkan keteguhan dan kecerdasan sang penulis.
“Jadi sejak awal ya, ketika mulai menulis di tahun 50-an, sampai kemudian di tahun-tahun 80-an tuh karyanya, pengaruhnya luar biasa gitu. Dia sejak usia belasan tahun sudah memilih jalan sebagai penulis, dan kemudian mendedikasikan hidupnya sampai akhir hayat itu sebagai penulis. Dia bahkan menyebut bahwa menulis itu adalah tugas nasionalnya dia gitu ya,” kata Hilmar saat konferensi pers gelaran seabad Pramoedya Ananta Toer di Jakarta, Selasa.
Dedikasi Pram tidak lepas dari berbagai konsekuensi berat, ia harus merasakan pahitnya penjara di tiga rezim berbeda, yakni masa kolonial Belanda, pemerintahan Soekarno, dan Orde Baru.
Namun, Hilmar menekankan bahwa pengalaman-pengalaman itu menunjukkan keteguhan prinsip Pram dalam mencerdaskan kehidupan bangsa melalui tulisan.
Baca Juga: 9 Gol Tercipta, Barcelona Menang Dramatis di Markas Benfica
Hilmar menggarisbawahi bahwa konsistensi Pram adalah teladan berharga di tengah berbagai pilihan hidup yang sering membingungkan.
Meskipun perjalanan hidup Pram dipenuhi banyak hal tidak menyenangkan, karya-karyanya tetap hadir dengan gemilang.
Salah satu karya yang meninggalkan kesan mendalam bagi Hilmar adalah novel “Bukan Pasar Malam”.
Novel ini merefleksikan hubungan Pramoedya dengan ayahnya yang keras dan penuh tantangan.
“Kalau buat saya, ada satu novel yang sangat penting itu “Bukan Pasar Malam”. Ini cerita mengenai ayahnya ya, ketika orang yang menempa dia sehingga menjadi Pram yang kita kenal sekarang, dengan cara yang sangat tidak lazim," ungkap Hilmar.
Baca Juga: Enam Perjalanan KA Dibatalkan Akibat Banjir Grobogan, Ini Daftarnya