budaya

Oldies, Pameran Lukisan Bertabur Bintang Digelar di Monumen Jogja Kembali, Simak Jadwalnya

Minggu, 15 September 2024 | 14:00 WIB
Sebagian karya yang ditampilkan dalam pameran lukisan bertajuk Oldies. (Dok Panitia Pameran Lukisan)

Chrisye, Nike Ardila, Rhoma Irama, Achmad Albar, Benyamin dan yang lain-lain. Lagu-lagu terasa merindukan dunia ‘memahami kita’, umpatan manis cinta, tentang asmara, bahkan tentang sekolah diharap paham tentang kita.

"Itulah dunia oldies lagu, maka serasa lagu Oldies Seni Rupa; karya-karya yang masuk sebagai imajinasi perupa adalah dunia realis," ungkap Hadjar Pamadhi yang selama ini dikenal sebagai pelukis Rajah.

Ditambahkannya, para perupa Oldies ini menerjemahkan dunia realis menjadi realisme semu, realisme sosial, bahkan surealisme.

Para perupa ini merepresentasikan menjadi dua kategori: seni representasional dan nonrepresentasional.

Baca Juga: Peserta Dilarang Curang, Pemkab Sukoharjo Tekankan Prinsip Transparan Seleksi CASN 2024

Juragan Erwan dalam tulisan pengantar pameran menuliskan fantasi dan imajinasi para perupa dalam berkarya pun banyak yang mengarah pada upaya reflektif masa lalu, dan mengungkap isu-isu sosial yang relevan dengan konteks masa kini. Ada pula yang mengangkat lawasan, sesuatu yang kuno, yang old.

Upaya reflektif masa lalu diangkat oleh Christina Anggriyani (Siapakah Aku Ini), Dwi Retno Sri Ambarwati (Wanita Penjaga Kehidupan), Andaru Priyoko (Narima ing Pandum) dan Erwan Widyarto (Menjalani Takdir),

Sedangkan tema lawasan terlihat pada Bank Indonesia Jogja karya Agus Winarto. Atau I Will Survive karya Agung Suhastono yang memvisualkan sepeda onta. Podang Suroto (Ngasem Tahun 1998), Pratiwi Endang Lestari (Desaku yang Kucinta) dan CH Sapto Wibowo dengan Radio Kuno.

Jika oldies adalah masa lalu, lawan dari kontemporer atau kekinian, maka banyak perupa yang mengangkat soal masa lalu seperti tarian, tokoh wayang maupun kehidupan sosial jual beli pasar tradisional.

Baca Juga: Dalam talk show yang digelar PKS, Nadia ajak perempuan Temanggung berkiprah lebih banyak di sosial politik

Tengok saja karya Moego Anugri (Dewi Gandari), Barlin Srikaton (Arjuna Wiwaha), Faisal Budiharso (Great Story of Roro Mendut), Benny Dimsiki (Panen Brambang), Budiati Tino Sidin (Pasar Kobis), dan Marsim dengan Pencuri Hati yang mengangkat cerita Jaka Tarub.

Dengan eksplorasi yang kreatif dan beragam dari para seniman, kita pun dapat menyaksikan karya-karya seni yang tidak hanya indah secara visual, tetapi juga mengandung makna yang mendalam. Dan tetap memiliki konteks kekinian. *

Halaman:

Tags

Terkini

Panen Sastra Diisi Diskusi dan Bedah Buku Sastra

Rabu, 15 Oktober 2025 | 08:30 WIB