“Naskah ini dibuat dengan cara digurat menggunakan alat yang disebut pengropak. Karena aksara Jawa dan aksara bali itu ada kemiripan,” katanya.
“Dalam pameran ini, selain yang berbau Jawa, kami juga memamerkan sastra Bali dan Batak, karena nama program studi kami itu awalnya adalah sastra nusantara. Tidak spesifik Jawa. Yang dipelajari adalah : Sunda, Bali, Palembang, Madura. Sempat berganti menjadi Sastra Jawa. Kemudian berganti lagi menjadi Bahasa Sastra dan Budaya Jawa.” Jelasnya pula. (Hendro Wibowo/Koran Merapi) *