“Kami akan berkumpul dahulu membahas progress selanjutnya di Balai Budaya Sendangagung Minggir. Setelah itu ada tahapan latihan lagi,” paparnya.
Sebagai penulis naskah Hagbala, Raga menambahkan, secara garis besar sinopis ceritanya, yaitu tokoh bernama Mariyem, seorang gadis ‘kembang desa’ merasa keberatan ketika akan ditinggal Brata kekasihnya yang akan ikut berperang gerilya.
Perang gerilya tersebut sampai keluar dari wilayah Yogyakarta, ketika era Agresi Militer II Belanda pada tahun Papatsanga atau dalam basa walikan Jogja disebut Hahagbala/Hagbala.
Baca Juga: Seporsi masakan koloke ayam, kuahnya berwarna kemerahan sedangkan jenis sayurnya ada nuansa putih
Kegelisahan dan alibi atas rasa tidak rela Mariyem, tidak membuat tekad Brata menjadi runtuh dalam membela tanah kelahirannya.
Di lain sisi, ada Komandan Kerta sang Zwarte Hollanders atau biasa disebut Walanda Ireng sudah mengincar banyak gadis dan janda yang ditinggal berperang pasangannya.
Dalam penantiannya menunggu kepulangan Brata, Mariyem jatuh ke tangan Komandan Kerta yang dikenal sadis dan keji.
Baca Juga: Keluarga Catat Lima Poin Kesengajaan dalam Kasus Tewasnya Bripda IDF
“Setelah sukses di Festival Teater Kabupaten Sleman 2023, semoga kami bisa sukses pula di tingkat DIY, September 2023 mendatang,” harap Raga. *