Tradisi Grebeg Besar sebagai upaya pelestarian dan pengembangan kebudayaan di DIY

photo author
- Jumat, 30 Juni 2023 | 16:45 WIB
Gunungan kakung saat dibawa oleh prajurit Kraton Yogyakarta menuju Komplek Kepatihan Kantor Gubernur DIY (Dinas Kebudayaan DIY)
Gunungan kakung saat dibawa oleh prajurit Kraton Yogyakarta menuju Komplek Kepatihan Kantor Gubernur DIY (Dinas Kebudayaan DIY)

HARIAN MERAPI - Gunungan kakung atau jaler diarak dan dibawa oleh prajurit Kraton Yogyakarta menuju Komplek Kepatihan Kantor Gubernur DIY, Kamis (29/6/2023).

Setelah sampai di depan Pendopo Wiyatapraja, selanjutnya dilakukan prosesi penyerahan gunungan dari utusan Kraton KRT Widyacandra Ismayaningrat yang kemudian diterima oleh Sekretaris Daerah DIY, Beny Suharsono.

Penyerahan gunungan jaler dalam rangka Hajad Dalem Grebeg Besar atau dalam rangka memperingati Hari Raya Idul Adha 1444 H tersebut dilaksanakan secara terbuka/umum disaksikan oleh Kepala OPD DIY.

Baca Juga: Petung Jawa weton Sabtu Pon 2 Juli 2023, berwibawa di lingkungannya, pengabdiannya diterima dengan baik

Sekda DIY Beny Suharsono kemudian mengambil beberapa bagian gunungan, setelah didoakan gunungan lalu diberikan kepada pejabat pemerintahan yang hadir di tempat tersebut.

Gunungan kemudian dipindah di ruang terbuka yang lebih luas sebelah barat pendopo untuk diperebutkan masyarakat.

Dalam acara tersebut, tampak beberapa orang menaiki gunungan, mengambil rangkaian hasil bumi lalu melempar kepada warga lainnya untuk kemudian dibawa pulang sebagai bentuk ngalap berkah (mencari berkah).

Suasana pelestarian budaya sangat terasa tampak dalam acara Grebeg Besar yang diadakan oleh Kraton Ngayogyakarta, diantaranya adalah semua yang terlibat dalam acara tersebut mengenakan ageman/pakaian khusus

Baca Juga: Wujud pengabdian pada masyarakat, HIPMI DIY gelar khitanan massal di momen liburan sekolah

diantaranya prajurit/bregada Kraton, abdi dalem, maupun jajaran OPD DIY. Selain itu, ubo rampe gunungan hasil bumi seperti kacang panjang, rengginang, cabai, dan telur asin sarat akan makna.

Kain yang mengelilingi bawah gunungan-pun memiliki makna sebagai tolak bala atau menolak marabahaya.

Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY Dian Lakhsmi Pratiwi dalam kesempatan tersebut menjelaskan, bahwa upacara adat dan tradisi grebeg yang dimiliki Kraton Ngayogyakarta memiliki nilai, makna dan filosofi yang penting yang harus dilestarikan dan dikembangkan.

Ia menyebut, setiap iring-iringan dimulai dengan prajurit kemudian perwakilan Kraton dan gunungan/pareden. Terdapat tujuh buah gunungan yang seluruhnya diarak menuju Masjid Gedhe Kraton, Pura Pakualaman dan Kepatihan.

Baca Juga: Panda Nababan sebut anak ingusan, Gibran Rakabuming tanggapi santai

Dian menjelaskan bahwa hal yang berbeda dan spesial dari upacara adat dan tradisi Grebeg kali ini adalah gajah dari Gembiraloka Zoo ikut mengarak gunungan.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Swasto Dayanto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Panen Sastra Diisi Diskusi dan Bedah Buku Sastra

Rabu, 15 Oktober 2025 | 08:30 WIB
X