Dua dalang pentas wayang kulit bergantian, diawali dengan lakon Wahyu Cakraningrat, lalu Wahyu Katentreman

photo author
- Rabu, 21 Februari 2024 | 16:30 WIB
Rangkaian acara pentas wayang kulit dengan dua dalang, secara bergantian, diawali oleh Ni Rizki, lalu oleh Ki Sigit Manggolo S.  (Dok. Panitia)
Rangkaian acara pentas wayang kulit dengan dua dalang, secara bergantian, diawali oleh Ni Rizki, lalu oleh Ki Sigit Manggolo S. (Dok. Panitia)

HARIAN MERAPI – Pentas atau pagelaran wayang kulit dengan menghadirkan dua dalang, baru-baru ini digelar di kawasan Pleret Bantul.

Dua dalang wayang kulit tersebut berasal dari Bantul, yaitu Ki Drs Sigit Manggolo Seputro dengan putrinya, Ni Rizki Rahma Nurwahyuni SPd.

Masyarakat luas dari berbagai tempat, mayoritas dari Bantul, antusias menonton pentas wayang kulit tersebut. Baik saat dalang pertama (pemucuk), Ni Rizki maupun dalang kedua, Ki Sigit MS.

Baca Juga: Berpapasan dengan Pemotor, Pesepeda Warga Moyudan Jadi Korban Kejahatan Jalanan, Korban Alami Luka Bacok, Ini Kronologinya

Menurut Ni Rizki, dalam pagelaran wayang kulit tersebut, ia menampilkan lakon Wahyu Cakraningrat dengan durasi sekitar 45 menit. Lakon ini secara garis besar bercerita tentang Raden Abimanyu (putra Raden Janoko).

“Endingnya, Raden Abimanyu mendapatkan Wahyu Cakraningrat serta menjalankan amanah pemimpin dengan baik. Sebelum mendapat wahyu tersebut, saat lahir juga telah mendapat Wahyu Widayat atau wahyu wiji ratu,” papar Ni Rizki.

Dengan lakon tersebut diharapkan pula dapat memberikan makna, seorang pemimpin harus bisa mengerti dan mendengar suara rakyat. Artinya pula harus bisa dekat dengan rakyat.

Sedangkan lakon Wahyu Katentraman, menurut Ki Sigit Manggolo, antara lain ada cerita, para Punakawan yang mengikuti Raden Abimanyu sowan ke Begawan Abiyasa bermaksud menanyakan kepergian Semar.

Baca Juga: Seleksi Pemain Timnas U-16 Gelombang Pertama Tuntas, Nova Arianto Panggil 32 Pemain Gelombang Kedua

Disarankan oleh Abiyasa agar Abimanyu berguru pada Begawan Ekobawono yang telah menjadi raja di Astina. Mereka pun lalu berangkat menuju Astina

Saat melewati hutan bertemu dengan Bala Buta Negri Ngawangtejo, terjadi pertempuran dan dimenangkan oleh Abimanyu. Lalu saat di Mandalamulya, Begawan Sukmaningrat memberikan wejangan kepada Begawan Ekobawono.

Sukmaningrat menitipkan Wahyu Katentrenan kepada Ekobawono agar disampaikan kepada Pandawa. Ekobawono pun kembali ke Astina dan setelah sampai, Pandawa yang menjadi wakilnya para Kurawa bermaksud mengusir Ekobawono.

Baca Juga: Pengawas Pemilu di Bawen Ditemukan Gantung Diri oleh Anaknya yang Berusia 5 Tahun

Namun, akhirnya justru berbalik menjadi murid Ekobawono dan Ekobawono setelah dibacakan makna Jamus Kalimasada, akhirnya berubah wujud aslinya, yaitu Semar.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Husein Effendi

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Panen Sastra Diisi Diskusi dan Bedah Buku Sastra

Rabu, 15 Oktober 2025 | 08:30 WIB
X