Kawasan Tambang Galian C di Sukolilo Pati Jawa Tengah Kembali Longsor, Ini Penyebabnya

photo author
- Senin, 3 Januari 2022 | 17:00 WIB
Kawasan tambang galian C di Desa Baleadi, Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, mengalami longsor. ( ANTARA/HO-Bn. )
Kawasan tambang galian C di Desa Baleadi, Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, mengalami longsor. ( ANTARA/HO-Bn. )

PATI, haianmerapi.com - Peristiwa longsor kembali terjadi di kawasan tambang galian C di Desa Baleadi, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, pada Senin (3/1/2022) dini hari.

Tanah longsor seperti itu sebelumnya juga pernah terjadi dan tidak ada korban jiwa.

Disampaikan Kepala Desa Baleadi Suhardi di Pati, bahwa peristiwa longsor tersebut terjadi pada Senin (3/1) pukul 05.30 WIB, sedang lokasi tambang berada di perbatasan antara Desa Baleadi dan Kedungwinong.

Baca Juga: Pemancing Tewas di Sungai di Pemalang, Tubuh Korban Hanyut Terseret Banjir Sejauh 20 Kilometer

Dijelaskannya, saat kejadian memang belum ada aktivitas penambangan serta kendaraan pengangkut material galian C maupun alat berat, seperti ekskavator juga dievakuasi karena pemilik tambang sudah mendeteksi sebelumnya, sehingga tidak ada korban jiwa.

Pada 1 Januari 2021, katanya, pemilik tambang mengetahui adanya retakan, selanjutnya mereka mengantisipasi dengan mengevakuasi alat beratnya dari lokasi tambang untuk antisipasi longsor.

Penyebab bencana tanah longsor tersebut, salah satunya karena adanya aktivitas penambangan, sehingga Pemprov Jateng sebagai pemberi izin diharapkan memastikan aktivitas penambangan tersebut dilakukan sesuai standar operasional prosedur untuk menghindari kerusakan lingkungan.

"Apalagi saat ini sedang musim hujan, sedangkan retakan tanah yang terjadi juga berpotensi kemasukan air, sehingga menambah risiko longsor," ujarnya.

Baca Juga: Profil H Nur Chamim, Sekdes di Pati yang Beri Kado Ulang Tahun Anaknya 3 Mobil Mewah Robicon Hingga Alphard

Meskipun lokasi galian jauh dari pemukiman, saat musim kemarau bisa menimbulkan polusi udara dan akses jalan desa ketika dilalui kendaraan pengangkut bahan galian juga berpotensi rusak, karena tidak sesuai kelas jalannya.

Harusnya infrastruktur jalan juga ada perhatian, sehingga warga ikut menikmati dampak positifnya atas keberadaan aktivitas penambangan tersebut.

Selama ini, kata dia, hasil galian memang dibawa ke luar daerah, sehingga aksesnya langsung menuju jalan kabupaten. Namun, ketika yang memesan warga sekitar tentu akan melalui jalan desa.

Ia juga khawatir soal ketersediaan air bersih, karena pegunungan kapur menyerap air, sehingga ketika pegunungan itu habis bisa mempengaruhi ketersediaan sumber-sumber air yang selama ini tersedia di alam untuk keperluan sehari-hari warga desa setempat.

Baca Juga: Rayakan Tahun Baru di Hotel, Warga Solo Tiba-tiba Tewas, Ini Penyebabnya

Pada akhir tahun 2020, di desa setempat juga pernah terjadi longsor di lokasi galian C yang menimbulkan korban jiwa. Selain mengakibatkan korban jiwa, peristiwa tersebut juga mengakibatkan empat unit truk pengangkut material galian rusak dan dua unit ekskavator juga rusak tertimpa material longsor. *

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Swasto Dayanto

Sumber: Antara

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

KPK OTT Bupati Bekasi Ade Kuswara Kunang

Jumat, 19 Desember 2025 | 06:00 WIB
X