Cara Orang Tua Mengatasi Berbagai Problema Psikologis Anak dalam Perkembangannya

photo author
- Senin, 24 Januari 2022 | 05:30 WIB
Dr. H. Khamim Zarkasih Putro, M. Si. (Dok. Pribadi)
Dr. H. Khamim Zarkasih Putro, M. Si. (Dok. Pribadi)

harianmerapi.com - Sebagai orang tua, kita biasanya akan berekspresi cemas sekaligus heran melihat kebiasaan baru pada anak.

Anak yang kesehariannya nampak selalu ceria dan bergairah, tiba-tiba memperlihatkan dirinya sebagai anak yang:

(1) tiba-tiba menangis terus-menerus, (2) berbicara gagap atau gangguan bicara yang lain, (3) mengompol lagi, meskipun usianya sudah di atas tiga tahun, (4) berkata kasar atau kotor (jorok),

Baca Juga: Pengalaman Lucu Calon Pengantin Tidak Mau Difoto dan Jalan Penghubung Antarkampung yang Angker

(5) menjadi galak (impulsif), suka memukul teman, merampas permainan teman dan sejenisnya, (6) suka mengemut jari atau mempermainkan kemaluan sendiri,

(7) suka menggaruk-garuk tubuh, (8) suka mengambil (mencuri) makanan atau mainan milik teman, (9) suka berbohong/berdusta,

(10) menjadi pemalu atau senang mengisolir diri, (11) suka merokok atau anak perempuan mengotori kuku tangan dengan tinta merah atau warna lain, serta (12) suka mengotori tangan, wajah, atau pakaian yang dikenakan.

Itu sinyal bagi orangtua untuk memperhatikan secara khusus akan pertumbuhan dan perkembangan anak-anaknya.

Baca Juga: Kekayaan Bukan Segalanya 6: Orang Tua Sudah Rindu Menimang Cucu Tapi Anak Tak Memikirkan Jodoh

Kondisi seperti ini merupakan ekspresi emosional anak yang barangkali disebabkan oleh berbagai faktor yang mempengaruhi baik lahir maupun batin mereka.

Cara praktis untuk menanggulangi kebiasaan baru anak yang berkonotasi negatif itu menurut Jaudah Muhammad Awwad dalam bukunya yang berjudul “Minhaju al-Islam fi at-Tarbiyati al-Athfal” adalah dengan jalan mencermati berbagai jenis emosi yang muncul dan berusaha menemukan berbagai hal yang diduga menjadi penyebabnya.

Pertama, mengatasi rasa takut anak. Rasa takut pada anak merupakan naluri manusiawi sebagaimana naluri/instink yang lain. Misalnya naluri makan, minum, buang hajat, tidur, sedih, bahagia, dan lain-lain.

Ketakutan itu muncul biasanya ketika anak merasa diri dan eksistensinya terancam, misalnya karena penganiayaan atau kepedihan yang datangnya tiba-tiba. Perasaan takut ini dapat berkembang menjadi rasa rendah diri/minder, canggung, khawatir dan cemas.

Baca Juga: Pengalaman Mistis Gara-gara Tak Berdoa 1: Saat Naik Bus Tercium Bunga Melati

Untuk mengatasi rasa takut pada anak ini, orangtua dan guru di sekolah dapat memberikan pembiasaan yang positif padanya; (1) membiasakan mengadakan pemeriksaan atau pengobatan fisik atau latihan olahraga secara rutin untuk memperkuat otot-otot,

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Swasto Dayanto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X