Teliti model perbibitan ternak lokal di Indonesia, Prof Dyah dari Fapet UGM dikukuhkan sebagai Guru Besar

photo author
- Sabtu, 26 Agustus 2023 | 08:30 WIB
Prof Dyah saat dikukuhkan sebagai Guru Besar Fapet UGM berpidato soal Model Perbibitan dan Program Breeding untuk Ternak Lokal di Indonesia.  (Dok.Fapet UGM)
Prof Dyah saat dikukuhkan sebagai Guru Besar Fapet UGM berpidato soal Model Perbibitan dan Program Breeding untuk Ternak Lokal di Indonesia. (Dok.Fapet UGM)

HARIAN MERAPI – Guru Besar di Fakultas Peternakan (Fapet) UGM bertambah lagi, yaitu Prof. Ir. Dyah Maharani, S.Pt., MP., Ph.D., IPM.

Wanita yang akrab disapa Prof Dyah ini merupakan Guru Besar ke-40 di Fapet UGM setelah dikukuhkan di Balai Senat UGM, pertengahan Agustus 2023 lalu.

Saat rangkaian pengukuhkan sebagai Guru Besar Fapet UGM , Prof Dyah menyampaikan pidato berjudul "Model Perbibitan dan Program Breeding untuk Ternak Lokal di Indonesia".

Baca Juga: Dengan kiat berikut ini tanaman kedondong bisa rajin berbuah, bagian buahnya dapat melawan batuk

Pidato tersebut sangat terkait dengan penelitiannya, yakni membahas pentingnya kualitas dan ketersediaan bibit dalam menentukan produktivitas sektor peternakan di Indonesia.

“Untuk mencapai kualitas bibit yang unggul, diperlukan model perbibitan dan program breeding yang terintegrasi dan komprehensif,” ungkap Prof Dyah.

Terkait dengan kondisi perbibitan dan program breeding di Indonesia, sebutnya, beberapa faktor turut memberi banyak pengaruh. Antara lain, fasilitas, kebijakan, dan sumber daya manusia.

Menurutnya, model perbibitan ada beberapa pilihan seperti Kawasan Sentra Perbibitan Ternak (KPST) Berbasis Korporasi dan Model Perbibitan Berbasis Community-Breeding Program (CBP).

Baca Juga: Tim Peneliti UGM Temukan 2 Titik Rawan Kecelakaan Laut di Kawasan Pantai Sepanjang Gunungkidul

Ada lagi model Sistem Integrasi Sapi dan Kelapa Sawit (SISKA). Semuanya dapat menjadi solusi untuk mengatasi kendala terkait perbibitan ternak lokal.

“Model perbibitan CBP lebih sesuai untuk ternak lokal di wilayah sumber bibit di Indonesia bagian Timur atau wilayah terpencil dengan skala peternakan rakyat,” jelasnya.

Sementara itu, lanjut Prof Dyah, model KPST lebih cocok diterapkan di wilayah Jawa dan wilayah sumber bibit lain yang memiliki ekosistem agribisnis berbasis pasar atau konsumen.

Sedangkan perbibitan model SISKA cocok untuk wilayah sumber bibit yang berdekatan dengan perkebunan/perusahaan kelapa sawit.

Baca Juga: Lolos ke semifinal Kejuaraan Dunia, Apri mengaku kunci kemenangannya adalah menikmati pertandingan

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Husein Effendi

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X