Wartawan online asal Gunungkidul bergabung dalam PWMOI, bupati berharap bisa ikut angkat aneka potensi

HARIAN MERAPI – Sebanyak 33 wartawan online asal Gunungkidul sudah bergabung dalam Perkumpulan Wartawan Media Online Indonesia (PWMOI).

Pengukuhan PWMOI DPD Gunungkidul dilakukan oleh Bupati Gunungkidul, H Sunaryanta, baru-baru ini, di kompleks Taman Kuliner Madubronto, Playen Gunungkidul.

Dalam sambutannya, usai prosesi pengukuhan PWMOI, Sunaryanto menjelaskan, peran media termasuk media online di berbagai sektor sangat besar.

Baca Juga: Siswa SMP diduga disiram air keras di Tebet, begini kondisinya

Ketika sudah bergabung dalam suatu perkumpulan seperti PWMOI, diharapkan bisa saling memotivasi untuk semakin bagus dalam membuat tulisan.

“Semoga juga bisa membuat tulisan-tulisan yang dapat mengangkat aneka potensi daerah, sehingga akan semakin banyak yang tahu aneka potensi daerah Gunungkidul,” harap Sunaryanto.

Tak kalah penting, sebutnya, wartawan media online sudah selayaknya selalu berusaha bisa memberikan informasi ataupun pengetahuan baru dan bermanfaat bagi masyarakat luas.

Dalam kesempatan tersebut, Bupati Gunungkidul menyempatkan melihat pertunjukan/aksi pelukis Joko Tri Purnomo yang melukis dengan mata tertutup.

Baca Juga: Gawat, domain pemerintah disusupi situs judi, begini langkah Kominfo

Ada pula pertunjukkan tari-tarian kreasi baru, misalnya tari berjudul Madubronto.

Bahkan dengan sejumlah rombongan meninjau dan menyapa peserta gelar UMKM bertajuk Pasar Godhong Jati di kompleks Taman Kuliner Madubronto.

Tampak hadir dalam kesempatan tersebut, antara lain Ketua Umum DPP PWMOI, Drs HM Jusuf Rizal SE SH MSi, Panewu Playen, Sekretaris Dinas Kebudayaan Kabupaten Gunungkidul serta Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Gunungkidul.

Sementara itu Jusuf Rizal berharap, wartawan yang tergabung dalam PWMOI tetap dapat mengedepankan integritas dan idealisme dalam rangka meningkatkan partsipasi dalam mendukung pembangunan bangsa-negara.

Baca Juga: Selain kopi Babahkacamata, ini oleh-oleh khas Salatiga, awalnya untuk tamu Klenteng sebelum tahun 1930