HARIAN MERAPI - Magister Perdamaian dan Resolusi Konflik Universitas Gadjah Mada (MPRK UGM) bangun kesadaran kritis guru melalui pendidikan perdamaian di Gunungkidul.
Ketua Tim MPRK UGM Dody Wibowo, PhD mengatakan pengabdian kepada Masyarakat (PkM) yang bertajuk Pendampingan Guru Menjadi Pendidik Perdamaian di gelar di SLBN 2 Gunungkidul dengan peserta guru dan tenaga kependidikan di sejumlah sekolah di daerah tersebut.
"Fokus utama kegiatan PkM pada penekanan pentingnya pemahaman konsep identitas dan kuasa yang dimiliki individu sehingga mampu mengidentifikasi berbagai bentuk kekerasan di sekelilingnya," terang dia, Minggu (31/8/2025).
Disampaikan selain berdiskusi di dalam kelas, para peserta diajak melakukan observasi lapangan di luar sekolah untuk mengamati berbagai masalah sosial di sekitar mereka dengan menggunakan konsep segitiga kekerasan dari Johan Galtung.
Dari kegiatan ini terang dia, para peserta mengasah kepekaan diri sebagai individu dan melatih kemampuan analisis dalam melihat potensi konflik, kekerasan, dan ketidakadilan yang ada di masyarakat.
Para peserta kata dia, menyampaikan berbagai temuan yang menunjukkan kepekaan mereka terhadap masalah sosial di masyarakat dan bagaimana hal tersebut memengaruhi kehidupan di sekolah.
"Para guru menyatakan baru menyadari banyaknya kekerasan yang terjadi, ini sebab ada menormalisasi kekerasan, terutama yang terkait dengan kekerasan struktural dan kultural sehingga berdampak pada pelayanan pendidikan untuk anak didik," kata dia.
Baca Juga: Visi pembelajaran Agama Islam di Sekolah/Madrasah
Dia mengemukakan pemahaman akan kekerasan menjadi pengingat dan penyemangat para guru untuk lebih memperhatikan sekeliling, terutama terkait kesejahteraan anak didik dalam belajar.
Para guru kaa dia melihat tantangan besar untuk menghilangkan kekerasan, terutama struktural dan kultural, seperti diskriminasi, yang sering dialami anak didik mereka.
Walaupun begitu, para guru menyampaikan komitmen mereka untuk berjuang memastikan anak didik mereka mendapatkan hak-haknya sebagai manusia yang setara.
"Kegiatan ini dipandang oleh para guru sebagai kegiatan yang melatih kepekaan, mencerahkan, dan inspiratif," kata dia, sembari mengatakan para guru dan tenaga kependidikan berkomitmen untuk tetap berjuang dengan sabar, optimis, dan kreatif demi mewujudkan perdamaian yang seutuhnya melalui sektor pendidikan.
Baca Juga: Fitur BRImo Semakin Melimpah, Sediakan Akses Berbagai Voucher dari Ratusan Merchant Ternama
Sementara pada kegiatan itu Dody Wibowo dan dibantu empat mahasiswanya yakni Tia Mega Utami, Raden Ridhwan Satria Kumara, Alya Maharani, dan Dimas Adi Nugroho. *