Menjaga infomasi tersebut tidak keluar.
Dasarnya, kata Nur, Mbah Buyut sebelumnya mengatakan bisa mengembalikan sukma Ayu dan Bima.
Baca Juga: Piala Thomas, Inilah Susunan Tim Indonesia Melawan Jepang
Hanya tinggal menunggu waktu, begitu janji Mbah Buyut.
Akan tetapi, jawaban Pak Prabu berikutnya, memadamkan asa Nur, harapan bahwa 2 temannya itu akan kembali seperti sediakala, sirna.
“Nek pancen isok, yo gak bakal akeh sing wes dadi korban (Kalau memang bisa , tidak akan ada banyak korban),” kata Pak Prabu.
“Awakmu eroh patek ireng itu opo? Nyoh kui korban sik sak durunge, nang ndi sak iki, wes gak onok (Kamu tahu nisan berkain hitam itu apa? Itu korban sebelumnya, di mana mereka sekaran, tidak ada),”
“Gak nutup kemungkinan kancamu isok mbalik, tapi kemungkinane cilik, gak usah berharap (Tidak menutup kemungkinan temanmu bisa kembali, tapi kemungkinannya kecil, tidak usah berharap),” lanjut Pak Prabu.
Baca Juga: Sepak Bola SEA Games, Indonesia Lumat Filipina 4-0
“Mbah Buyut asline wes mblenger, kudu urusan ambek bangsa iku (Mbah Buyut sebenarnya sudah bosan berurusan dengan mereka),” suara Pak Prabu bergetar.
Nur beringsut, diam, putus asa, di hadapannya, seolah tembok tebal yang menghalangi jalan, dan...
Tidak ada jalan memutar.
Malang nasib Bima dan Ayu, harus menanggung beban yang teramat berat.
Menanggung petaka atas apa yang mereka perbuat.*
