Tetap Bersyukur di Masa Sulit, Kenandy Konsisten Membangun Usaha Jurnal Kulit

photo author
- Kamis, 27 Januari 2022 | 08:30 WIB
Andy Purnawan dan istrinya, Ken Savitrie di galerinya Kenandy Journal Leather di Ngentak, Polodadi, Ngeburan, Sumberharjo, Kecamatan Prambanan Sleman, Minggu (23/1/2022). (Foto: Sutriono)
Andy Purnawan dan istrinya, Ken Savitrie di galerinya Kenandy Journal Leather di Ngentak, Polodadi, Ngeburan, Sumberharjo, Kecamatan Prambanan Sleman, Minggu (23/1/2022). (Foto: Sutriono)

 

ANDY Purnawan merapikan tumpukan kulit sapi yang sudah menjadi samak. Samak-samak berwarna coklat, hitam, biru atau merah tersebut ia susun dengan baik untuk dijadikan bahan baku utama pembuatan jurnal. Lebih tepatnya sampul jurnal berbahan kulit sapi.

Andy adalah perajin jurnal kulit di Jogja. Usahanya tersebut dinamai Kenandy.

Kenandy diambil dari nama Andy dan istrinya, Ken Savitrie. Kenandy beroperasi sejak tahun 2016. Dimulai dari kecintaan Andy menulis, dan kegemaran istrinya mengoleksi stationary.

Baca Juga: Viral Tarif Parkir Rp 350 Ribu, Pemkot Yogya Tak Akan Gugat Pengunggah, Ini Alasannya

Andy awalnya mencoba-coba membuat jurnal kulit untuk dipakai sendiri dan diberikan sebagai kado untuk teman-teman terdekatnya. Jurnal kulitnya ternyata disambut baik.

"Waktu itu saya terinspirasi dari aktor utama film Indiana Jones yang selalu menenteng jurnal kulit. Saat melakukan petualangan, semua hal bisa dicatat. Bentuknya klasik, awet dan bisa menjadi klangenan," kata Andy membuka percakapan di galeri Kenandy Journal Leather di Ngentak, Polodadi, Ngeburan, Sumberharjo, Kecamatan Prambanan Sleman, Minggu (23/1/2022).

Hingga suatu waktu, jurnal kulitnya tersebut dilihat secara langsung oleh sutradara Hanung Bramantyo, yang saat itu sedang menggarap film Sultan Agung di Jogja.

Baca Juga: Setelah Tiga Kali Dilelang, Bekas Mobil Dinas Walikota Jogja Laku Rp 52 juta

"Kebetulan saya menjadi kru Mas Hanung. Dia support ke saya, ini keren. Sejak saat itu saya semakin pede, saya harus buat jurnal kulit ini," kenangnya.

Andy akhirnya memproduksi jurnal kulit serta buku isi ulangnya lebih banyak. Tidak hanya untuk pesanan saja, namun juga kebutuhan stok. Saat itu semua dikerjakan di kamar rumah milik orangtuanya, yang letaknya tak jauh dari galerinya saat ini.

Lambat laun permintaan jurnal kulit semakin meluas, tidak hanya lingkup lingkungan terdekat. Andy juga memutuskan memasarkan produknya lewat media sosial, dan belakangan dipasarkan pula lewat lokapasar. Andy dan istri kemudian dibantu empat orang karyawan. Ia akhirnya membuat galeri khusus untuk bengkel dan toko.

Andy Purnawan konsisten menjaga brand Kenandy.
Andy Purnawan konsisten menjaga brand Kenandy. (Foto: Sutriono)

Di saat permintaan sedang naik, pandemi Covid-19 menghantam tahun 2020. Andy dan istrinya syok, bingung harus bagaimana. Ia akhirnya memilih menutup produksinya tiga bulan dan meliburkan karyawannya. Waktu rehat tersebut dimanfaatkannya untuk menata diri dan menulis lagi. Andy menyebutnya dengan terapi jurnal.

Lebih baik menyalakan lilin daripada mengutuk kegelapan. Begitu kira-kira di benaknya saat itu.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Sutriono

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X