Tetap Bersyukur di Masa Sulit, Kenandy Konsisten Membangun Usaha Jurnal Kulit

photo author
- Kamis, 27 Januari 2022 | 08:30 WIB
Andy Purnawan dan istrinya, Ken Savitrie di galerinya Kenandy Journal Leather di Ngentak, Polodadi, Ngeburan, Sumberharjo, Kecamatan Prambanan Sleman, Minggu (23/1/2022). (Foto: Sutriono)
Andy Purnawan dan istrinya, Ken Savitrie di galerinya Kenandy Journal Leather di Ngentak, Polodadi, Ngeburan, Sumberharjo, Kecamatan Prambanan Sleman, Minggu (23/1/2022). (Foto: Sutriono)

Andy mematok harga jurnal kulit paling murah Rp 139 ribu hingga jutaan rupiah tergantung tingkat kesulitan dan pewarnaan bahan kulit. Adapun buku isi ulangnya dijual dari Rp 60 ribu hingga Rp 120 ribu yang berisi empat buku.

Andy menyadari, harga yang dijualnya relatif mahal karena ia ingin menjual produk terbaik dengan bahan terbaik pula. Wajar jika segmen pembelinya rata-rata sudah mapan dengan rentang usia 25-55 tahun.

"Saya berusaha membangun brand Kenandy secara konsisten. Saya tidak mau menurunkan harga hanya untuk mengejar grosiran," tegas Andy.

Jurnal kulit tertata rapi di galeri Kenandy.
Jurnal kulit tertata rapi di galeri Kenandy. (Foto: Sutriono)

Meski pandemi sudah mewabah dua tahun, rasa optimisme Andy semakin menyala. Ia percaya UMKM di DIY bisa bangkit apabila konsisten serta melakukan inovasi dan kolaborasi. UMKM adalah denyut nadi perekonomian Jogja untuk mendukung sektor pariwisata.

Andy mengaku sedang menyiapkan inovasi tahun ini dengan berusaha memadupadankan jurnal kulit dengan kain nusantara seperti tenun. Andy juga mencoba meramu jurnal kulitnya dengan elemen perak. Produk ini akan dijual terbatas, sehingga memiliki kesan mendalam bagi pemiliknya.

"Ini adalah hikmah dari pandemi, di saat kami tetap bersyukur, senantiasa ditunjukkan jalan untuk melakukan inovasi," sambung Andy yang sejak awal berdiri mempercayai JNE untuk pengiriman produk. Andy percaya dengan pelayanan #JNE31tahun.

Baca Juga: Tren Fesyen 2022 Versi Populix: Sederhana dan Kasual

Berkat kegigihan Andy dan istrinya membangun brand Kenandy, jumlah perajin jurnal kulit di Jogja yang eksis tidak lagi sebanyak dulu.

"Setahu saya, dari sekitar lima perajin semacam ini di Jogja, sekarang hanya tinggal dua, saya dan satu lagi yang masih bertahan," kata Andy percaya jurnal kulitnya yang konon dianggap tradisional bisa eksis di tengah gempuran era digital.

"Jurnal kulit ini lebih personal. Menggambarkan kepribadian dan identitas pemiliknya," sambungnya.

Baginya, JNE bisa memahami kondisi UMKM dengan melakukan banyak kebaikan, sama halnya dengan jargon Connecting Happiness atau mengantarkan kebahagiaan yang digaungkan JNE. Pelayanan 24 jam memudahkan dirinya mengirim produk jurnal kulit ke seluruh pelosok nusantara.

Baca Juga: Misteri Angpao Imlek Selalu Berwarna Merah, Berikut Tata Cara Memberikan dan Menerima Angpao

Head of Regional Jateng-DIY JNE, Marsudi mengutarakan, JNE sangat mengakomodir inovasi yang dilakukan UMKM di Daerah Istimewa Yogyakarta untuk bangkit di masa pandemi Covid-19.

Menurut Marsudi, saat ini semakin banyak UMKM yang menerapkan bisnis yang tidak mengenal waktu seiring dengan merebaknya media sosial dan lokapasar. Banyak transaksi UMKM yang bahkan dilakukan di atas pukul 01.00.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Sutriono

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X