HARIAN MERAPI - Dua buah mesin pirolisis atau thermolisis diboyong ke Bank Sampah Go-Green, Cupuwatu II, Purwomartani, Kalasan, Sleman. Mesin ini konon bisa mengolah sampah plastik menjadi bahan bakar minyak (BBM) berupa bensin dan solar hingga gas propolin.
Adalah Yayasan Get Plastic Indonesia yang mengenalkan mesin pirolisis kepada masyarakat Cupuwatu II. Lewat penggunaan mesin tersebut, darurat sampah plastik di Yogyakarta bisa diminimalisir.
Pendiri Yayasan Get Plastic Indonesia, Dimas Bagus Wijanarko mengutarakan, mesin pirolisis yang dikembangkan merupakan inovasi low tech yang bisa dioperasikan publik secara luas. Mesin ini mampu mengubah sampah plastik menjadi BBM menggunakan metode destilasi kering dengan hasil akhirnya berupa solar dan bensin untuk kendaraan, gas propelin untuk kompor dan genset serta residu karbon hitam yang bisa dimanfaatkan untuk suvenir, batu bata, media tanam dan tinta.
Baca Juga: Awasi Gerak-gerik Pembuang Sampah Liar, DLH Sleman Pasang Sejumlah CCTV yang Lokasinya Dirahasiakan
"BBM ini sudah kami gunakan di mobil operasional kami, baik itu menggunakan solar atau bensin. Dan tidak ada masalah dengan mesin kendaraan, paling kalau solar, harus rajin mengganti filternya," kata Dimas saat mengenalkan mesin di Bank Sampah Go-Green, Cupuwatu II, Senin (3/6/2024).
Mesin pirolisis juga sudah digunakan di sejumlah wilayah di Tanah Air dengan metode kerja sama, dan ada pendampingan yang dilakukan pihak yayasan selama sekian tahun. Warga juga diedukasi untuk memanfaatkan sampah plastik dengan jenis HDPE, LDPE, PP, PS. Adapun jenis sampah plastik yang tidak bisa diolah di antaranya PET/PETE dan PVC, karena bisa dikelola secara terpisah.
"Kenapa sampah plastik yang kami fokuskan, karena sampah plastik menyumbang 11,6 juta per ton atau 17 persen dari 68,5 juta ton sampah nasional menurut data KLHK tahun 2021," ujarnya.
Baca Juga: Mulai 1 Juni 2024, Pertamina Patra Niaga lakukan integrasi pendataan pengguna elpiji 3kg
Solusi pengolahan sampah plastik menjadi BBM ini, lanjutnya, sejalan dengan peraturan daerah DIY Nomor 3 tahun 2013 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Rumah Tangga yang menegaskan bahwa TPST atau TPA harus dibangun menggunakan teknologi ramah lingkungan.
Dimas menambahkan, tentunya solusi ini membutuhkan peran masyarakat sekitar untuk menyadari bahwa pemilahan sampah dari sumber yang berasal dari rumah tangga, pelaku usaha F&B (Food and Beverage), bank sampah, sekolah, maupun kegiatan pembersihan yang
tersebar di wilayah Yogyakarta harus menjadi kebiasaan baru. Selanjutnya BBM hasil olahan sampah plastik dari masyarakat ini akan digunakan menjadi bahan bakar Bus Trans Jogja yang saat ini sedang dalam tahap penjajakan dengan Pemerintah Daerah DIY.
Baca Juga: Pemkab Bantul Berlakukan Lima Zona dalam PPDB Jalur Zonasi Tahun Ajaran 2024, Apa Saja?
Lurah Purwomartani, Semiono mendukung upaya warga Padukuhan Cupuwatu II dalam mengelola sampah seiring dengan ditutupnya TPST Piyungan Bantul. Saat ini, lanjutnya, TPS Tamanmartani sangat selektif menerima sampah dari masyarakat, sehingga tidak semua sampah bisa diterima, apalagi di dalamnya terdapat residu.
Oleh sebab itulah, warga harus membantu dalam pemilahan sampah, dan tidak tergoda untuk membuang sampah sembarangan.
"Adanya mesin pirolisis bisa menjadi alternatif masyarakat dalam mengatasi darurat sampah di Sleman, khususnya di Purwomartani," ungkapnya. *