HARIAN MERAPI - Raja Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat Sri Sultan Hamengku Buwono X melakukan prosesi "Jejak Banon" atau menjejak tumpukan bata yang melekat pada benteng di sisi selatan Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta, Kamis (4/9) malam.
Prosesi dalam rangkaian Hajad Dalem Sekaten Tahun Dal 1959 memperingati Hari Kelahiran Nabi Muhammad SAW itu hanya digelar setiap delapan tahun sekali atau bertepatan dengan Tahun "Dal" dalam siklus penanggalan Jawa.
"Ini hanya diadakan hanya pada saat Tahun 'Dal' saja," ujar Koordinator Rangkaian Prosesi Garebeg Mulud Dal 1959 Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Kusumanegara yang dilansir dari ANTARA.
Ia menjelaskan, prosesi tersebut untuk mengenang usaha Pangeran Mangkubumi, pendiri Keraton Yogyakarta, yang menyelamatkan diri dari musuh selepas salat Jumat di Masjid Gedhe.
Secara filosofis, Jejak Banon juga melambangkan semangat budaya Jawa dan Islam dalam mendobrak tatanan lama yang berkaitan dengan urusan keagamaan.
"Ini membuka cakrawala baru bagi orang Jawa terhadap agama (Islam) yang baru masuk di tanah Jawa ini," kata Kusumanegara.
Baca Juga: Sultan HB X Ajak Berdemokrasi Tanpa Kekerasan Saat Temui Pendemo di Mapolda DIY
Sebelum prosesi langka itu, Sultan HB X yang mengenakan surjan biru bermotif bunga-bunga terlebih dahulu menyebarkan "udhik-udhik" berupa beras, biji-bijian, uang logam, dan bunga sebagai simbol sedekah raja kepada masyarakat dan abdi dalem.
Udhik-udhik disebarkan di Pagongan Kidul dan Pagongan Lor yang berlokasi di halaman Masjid Gedhe, serta di dalam masjid.
Setelah itu, Sultan bersama keluarga mendengarkan pembacaan riwayat Nabi Muhammad SAW oleh Penghulu Keraton hingga selesai.
Baca Juga: Mahasiswa Amikom Gelar Aksi Solidaritas 1.000 Lilin untuk Rheza
Sekitar pukul 22.00 WIB, Sultan HB X meninggalkan Masjid Gedhe dengan berjalan ke arah selatan menuju pintu butulan untuk melaksanakan tradisi Jejak Banon.
Dalam prosesi yang disaksikan ratusan warga dan wisatawan itu, Sultan merobohkan tumpukan batu bata yang menutup pintu butulan dengan dorongan tangan.
Setelah itu, ia melangkahi pecahan bata yang berserakan untuk keluar menuju keraton.