"Orang tua selalu mengaharapkan anak keturunannya yang masih hidup datang mengirim doa di hari birrul walidain," kata Gus Mad.
Dia menegaskan, agar seorang anak selalu membuat baik orang tua atau nenek moyang yang sudah dimakamkan.
Baca Juga: Pemain Naturalisasi Ole Romeny, Tim Geypens dan Dion Markx Resmi Jadi WNI
"Dan, insyaallah kita yang masih hidup akan dibuat baik oleh Allah SWT," ujarnya.
Selain karena rasa cinta dan sayang sang anak kepada orang tua, tradisi nyadran untuk mengiirm doa ini juga untuk ngalap berkah sebagai bekal kelak sesudah berada di alam kubur.
Gus Mad mengingatkan, menyiapkan bekal mati merupakan sesuatu yang penting. Dan, orang cerdas selalu menyiapkan sesuatu yang penting sebagai bekal yang sudah pasti dibutuhkan.
"Mati itu adalah sesuatu yang pasti. Maka, orang cerdas pasti akan menyiapkan bekal untuk mati yang sudah pasti terjadi," tegas Gus Mad.
Dia mengatakan, jika bekal mati juga menjadi penting karena di alam kubur nanti akan terasa gelap dan sumpek.
Baca Juga: Mulai 11 Februari 2025, 18 Puskesmas di Kota Yogyakarta Layani Program Pemeriksaan Kesehatan Gratis
"Ibarat malam hari di tengah hujan rintik dan mati listrik. Sumpek," kata Gus Mad.
Dia juga mengingatkan pula, jika pada nantinya semua orang kaya maupun miskin akan mati, dan hanya akan berselimut kain kafan.
Karenanya, Gus Mad mengingatkan untuk selalu melakukan tiga hal penting sebagai bekal mati.
Ketiga hal penting sebagai bekal mati itu adalah menjaga sholat, membaca Alquran, bertasbih, dan memperbanyak sedekah.
Gus Mad juga mengingatkan kepada semua, agar terus berusaha bisa membaca Surat Al-Ikhlas sebanyak 100 ribu kali sebelum meninggal.
Baca Juga: Cegah Kriminalitas, Polres Temanggung Gelar Patroli Skala Besar