SLEMAN, harianmerapi.com – Jogja layak pula mendapat sebutan sebagai Kota Kuliner. Lokasi kuliner yang menyediakan masakan jenis bubur pun mudah ditemukan.
Bahkan tak hanya pagi maupun siang hari, penggemar bubur terbuat dari bahan baku beras kualitas bagus tersebut juga bisa menikmatinya pada malam hari. Salah satunya, yaitu di lokasi kuliner berlabel Bubur Malam Bu Sri Tinom Sidoarum Sleman.
Menurut pemilik usaha kuliner setempat, Sri Murtini dan akrab disapa Bu Sri, dengan dibantu dua tetangga, suami dan anak-anaknya, ia membuka warung bubur dari pukul 17.00 sampai 22.00 WIB.
Baca Juga: Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid: Oknum yang Minta Hapus 300 Ayat Al Quran, Harus Dihukum Keras
“Alhamdulillah, sejak kami buka usaha bubur beberapa hari setelah Lebaran tahun lalu sampai sekarang tak ada kendala berarti. Meski saat pandemi Covid-19 memuncak, penggemar bubur tak berkurang,” ungkap Bu Sri, baru-baru ini.
Hanya saja ketika ada PPKM, lanjutnya, jumlah konsumen yang makan di tempat ada penurunan, karena berusaha untuk menghindari kerumunan. Artinya, lebih banyak memilih pesanan bubur cukup dibungkus maupun memesan lewat aplikasi ojek online.
Ibu dari tiga anak ini menjelaskan, pilihan sayur yang cocok untuk bubur seperti sayur pedes (krecek–tempe), sayur gurih (tahu-tempe) dan gori (nangka muda). Sedangkan lauk bersantannya antara lain telur ayam semur, mangut lele dan mangut telur ceplok.
Ada lagi lauk yang juga dapat dijadikan camilan, misalnya sate usus ayam, sate telur puyuh, kepala/sayap ayam dibacem) dan ceker ayam goreng tepung. Bahkan ada pula beberapa jenis gorengan seperti tahu susur, mendoan, gembus, bakwan dan pisang goreng.
Baca Juga: Siapkan Kuliah Tatap Muka, UCY dan RS Bhayangkara Gelar Vaksinasi Covid-19
“Beberapa kelompok di masyarakat yang biasa mengadakan rapat sore maupun malam hari sering juga mengambil tempat di sini. Kami menyediakan tempat model lesehan, bisa juga model memakai meja-kursi,” tambahnya.
Suami Bu Sri, Poniman mengungkapkan, untuk pembuatan meja-kursi ia kerjakan sendiri, sebab ia pernah bekerja di suatu mebel. Saat ini bekerja di proyek bangunan, dan setiap ada waktu luang membantu berjualan bubur.
“Orang tuanya istri saya dulunya pernah berjualan bubur. Kami pernah juga menjual bubur, tapi hanya pagi hari dan sempat berhenti lama. Lalu, mulai Lebaran tahun lalu ada keinginan bisa berjualan bubur pada malam hari,” kenang Poniman.
Ditambahkan, pada Bulan Puasa tahun ini ada rencana tetap buka seperti biasa. Bahkan ia optimis, tetap akan ada kelompok-kelompok yang menggelar acara di tempatnya, seperti buka puasa bersama, ulang tahun, kopdar maupun rapat setelah sholat Tarawih.
“Kuliner tempat kami resminya tutup pukul 22.00, tapi ketika ada konsumen masih ngobrol maupun rapat belum selesai, bisa juga mundur. Alhamdulillah, menu utama wujud bubur dengan aneka pendukungnya disenangi berbagai kalangan, apalagi harganya terjangkau,” beber Poniman di akhir perbincangan.*