HARIAN MERAPI – Turunnya wahyu raja Mataram berawal dari pesan gaib Sunan Kalijaga yang diterima oleh Ki Ageng Giring III.
Dalam pesan gaib itu Sunan Kalijaga meminta agar Ki Ageng Giring III menanam pohon kelapa dari sepet atau sabut kelapa kering.
Sunan Kalijaga mengatakan kepada Ki Ageng Giring III, kelak pohon kelapa dari sabut kering itu akan menjadi perantara turunnya wahyu raja.
Baca Juga: Lima perusahaan di Korea Selatan tarik 6.500 kendaraan karena suku cadang rusak, ini perusahaannya
Sunan Kalijaga juga berpesan siapapun yang meminum air kelapa muda itu sampai habis sekali teguk, anaknya akan menurunkan raja Jawa.
Singkat cerita, ketika sudah ditanam dan berbuah Ki Ageng Giring III memetik dan menyimpannya.
Dikisahkan, bahwa pohon kelapa itu sangat tinggi sekali sehingga seekor burung gagak yang hinggap terlihat sangat kecil seukuran burung emprit atau burung pipit.
Tapi dengan kesaktiannya, pohon kelapa itu bisa meliuk dan Ki Ageng Giring III hanya tinggal memetiknya tanpa harus memanjat.
Baca Juga: Waspadai penipuan atasnamakan Telkom, pelanggan IndiHome harus hati-hati, begini modus pelaku
Burung gagak yang terlihat kecil seukuran burung emprit lalu menjadi sebutan untuk wahyu raja, yaitu wahyu gagak emprit.
Namun seperti yang sudah umum diketahui, air kelapa itu justru diminum oleh Ki Ageng Pemanahan yang tiba-tiba datang ke rumah Ki Ageng Giring III.
Peristiwa itulah yang kemudian melahirkan perjanjian di antara Ki Ageng Giring dan Pemanahan. Ki Ageng Giring meminta, agar kelak keturunannya juga ikut mukti menjadi raja.
Lalu disepakati kelak sesudah keturunan yang ketujuh anak keturunan Ki Ageng Giring akan meneruskan menjadi raja di Mataram.
Baca Juga: Ramai diperbincangkan di media sosial, ratusan pelajar di Ponorogo menikah dini, ini sebabnya!
Jika melihat dari silsilahnya, keturunan Ki Ageng Giring mulai menjadi raja di Mataram ketika Pangeran Puger bertahta di Mataram Kartosuro. Gelarnya, Sunan Paku Buwono I.