HARIAN MERAPI - Kisah pengalaman misteri Imah saat pacaran di Pantai Laut Selatan.
Ia terpaksa membeli peyek jingking dari seorang nenek. Apa yang terjadi selanjutnya?
Hari itu Kamis Wage. Sorenya malam Jumat Kliwon.
Imah dan Tumijan, dua insan sedang dilanda asmara, mengunjungi pantai laut selatan.
Pengunjung tidak begitu banyak seperti hari Minggu.
Bercanda dan ngobrol ngalor- ngidul, tidak terasa matahari telah condong di ufuk barat.
“Pulang yuk. Nggak enak sama Bapak kalau sampai kemalaman”, ajak Imah kepada pacarnya.
Keduanya pun melangkah menuju parkiran motor.
“Mbak, dagangan saya tinggal ini. Diborong ya. Limaribu saya kasih sepuluh. Mau ya Mbak”, ujar seorang perempuan tua, penjual peyek jingking.
“Wah, saya tidak suka peyek jingking je, Mbah”, jawab Imah.
Sepertinya Simbah tua itu tidak berkenan dengan jawaban Imah.
Dia memaksa Imah untuk membeli peyek jingking tersebut.
‘Ya sudahlah. Dibungkus semua, Mbah”, tukas Tumijan sambil membayar harga peyek jingking yang tinggal sepuluh biji tersebut.