harianmerapi.com - Acara kemah sastra bagi mahasiswa baru jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia sebuah kampus swasta ternama di Yogyakarta, pada tahun ajaran ini dilaksanakan di Goa Kiskendo.
Daerah tersebut merupakan area wisata yang sangat tinggi posisinya dari arah Purworejo. Saya ikut rombongan diajak suami, yang akan mengisi acara memberikan pembekalan.
Rasa dingin mulai menyengat para mahasiswa manakala memasuki daerah Kali Gesing. Dan sesampainya di Gua Kiskendo, maka rasa dingin pun tak bisa ditahan.
Air dingin untuk wudlu menusuk tulang belulang. Untuk menghilangkan rasa dingin, sementara suami sedang mengisi acara di depan mahasiswa, saya bersama anak-panak berkeliling di sekitar Goa Kiskendo tersebut.
Karena terlalu asyik melihat pemandangan si sepanjang jalan seputaran lokasi Goa Kiskendo tersebut, sampai tak terasa kami lupa jalan dan sepertinya terpisah jauh dari rombongan mahasiswa.
Sampai muter-muter pada akhirnya kami tiba di ujung jalan tanjakan. Tampak ada seorang nenek bungkuk yang menyapa kami dengan ramahnya.
Ternyata setelah bincang-bincang dengan nenek tersebut, tempat tersebut sesungguhnya tak jauh dari lokasi kumpul mahasiswa.
Kamipun diantaranya ke pendapa tempat mahasiswa mendengarkan ceramah suami saya. Setelah sampai di pendopo tersebut dan bergabung dengan para mahasiswa, saya tak lupa mengucapkan terima kasih pada nenek tersebut.
Namun betapa kagetnya setelah tengak-tengok kesana-kemari, si nenek tersebut sudah tidak ada. Bahkan kucari kesana kemari pun tak berhasil menemui nenek yang baik hati tersebut.
Baca Juga: Berjiwa Pemaaf Tidak Instan, Perlu Dilatihkan Setiap Saat
Kemanakah dikau nenek, kok tidak ada. Maksud hati akan memberikan sesuatu pada nenek tersebut, namun tidak ada.
Saat akan pulang, saya sempat bincang-bincang dengan seorang ibu yang jualan legen atau air nira.
Katanya, jika kami berbuat sopan dan menjalankan Salat di masjid yang ada di Goa Kiskendo tersebut, maka jika kami tersesat pasti akan ditolong nenek bongkok, yang konon penunggu Goa Kiskendo. (Seperti dikisahkan Aris Irianti di Koran Merapi) *
