Dengan perasaan terpaksa Imah memasukkan bungkusan peyek jingking itu ke dalam tas cangklongnya.
Sampai rumah tas cangklongnya digeletakkan begitu saja di kamarnya. Sehabis mandi Imah jagongan dengan Emaknya.
“Lha, mana barangnya, Mah? Katanya kamu tadi mborong peyek jingking?”, tanya Emaknya.
Emaknya tahu jika peyek jingking adalah makanan khas dari pesisir laut selatan yang tadi dikunjunginya.
Imah masuk kamar dan pelan-pelan membuka tasnya. “Hah...hah...hah...!”, teriaknya keras- keras.
Keruan saja Bapak dan Emaknya berlarian mendatanginya. “Ada apa, Imah?”, tanyanya.
Saking kagetnya Imah tidak kuasa menjawab pertanyaan orangtuanya.
Jari telunjuknya menunjuk ke arah tasnya. Berebutan Bapak dan Emaknya membuka tas Imah.
Baca Juga: Pengalaman misteri Sarino berjualan bakso keliling, dikerjain wanita penghuni rumah kosong
“Lho?!”, teriak keduanya. Tampak di dalam tas cangklong Imah, ratusan ekor jingking berkeliaran ke sana ke mari.
Di dalam bungkus plastik masih ada peyek tetapi tidak ada jingkingnya.
Mbah Jimat menyarankan, jingking beserta tasnya sekalian, sebaiknya dilarung di laut kidul. Dikembalikan ke asalnya.
“Untung tasku sudah usang. Sudah waktunya ganti”, ujar Imah.
Tak urung Tumijanlah yang diminta untuk melarung jingking dan tas tersebut malam itu juga.