Kemampuan Kiai Ageng Henis dalam berdakwah mengikuti ajar gurunya Sunan Kalijaga.
Berdakwah dengan cara membumi tidak menggurui, damai, masuk akal dan penuh welas asih dan mengena di hati masyarakat.
Masjid Laweyan pun menjadi makmur dan memiliki peran multifungsi sehingga juga berperan dalam hal politik dan perjuangan.
Masa perjuangan melawan Belanda, Masjid Laweyan berperan sebagai tempat ibadah, berkumpul para pejuang, bahkan mengatur siasat melawan Belanda.
Bahkan ada salah seorang pejuang mati syahid melawan Belanda di wilayah Surakarta yang bernama Ahmad Hanani.
Bahkan, masjid ini juga menjadi basis organisasi Hizbullah divisi sunan Bonang. Tokoh besar pejuang Islam yang identik dengan Masjid Laweyan adalah Kiai Haji Samanhudi sebagai pendiri Sarekat Dagang Islam.
Pada awal tahun 1900-an, Laweyan benar-benar menjadi sorotan regional, nasional, bahkan internasional karena perkembangannya dalam ranah politik dan didukung perkembangan industri batik yang sedang maju.
Baca Juga: Kiai Ageng Henis dan Jejaknya di Laweyan 4: Menjadi Tempat Keramat buat Raja-raja Jawa.
Pada akhirnya, rintisan dakwah Kiai Ageng Henis meninggalkan jejak yang nyata. Perjuangannya tidak berhenti pada
masanya saja, melainkan diteruskan oleh generasi selanjutnya dan manfaatnya dirasakan oleh seluruh masyarakat.
Bahkan, sampai saat ini kegiatan dakwah di Masjid Laweyan tidak pernah redup, terus berdakwah tiada henti tak lekang oleh waktu.
Sejak saat itu hingga kini, hubungan kampung Laweyan, Masjid Laweyan peninggalan Kiai Ageng Henis dan Keraton Surakarta Haniningrat sangat erat.
Bahkan, sebagai penerus kerajaan Mataram yang dibangun Kiai Ageng Pemanahan, Laweyan menjadi tempat keramat bagi raja-raja Jawa. - Tamat - (Ditulis: Yosi Wulandari UAD) *