Kiai Ageng Henis dan Jejaknya di Laweyan 3: Sutawiyaya Mengajak Para Pengikutnya Berguru pada Sang Kakek

photo author
- Jumat, 20 Mei 2022 | 14:10 WIB
Selain mendidik para santrinya, Kiai Ageng Henis juga mendidik cucunya, Danang Sutawijaya (Ilustrasi Pramono Estu)
Selain mendidik para santrinya, Kiai Ageng Henis juga mendidik cucunya, Danang Sutawijaya (Ilustrasi Pramono Estu)

harinmerapi.com - Kiai Ageng Henis dan Jejaknya di Laweyan. Syahdan, bangunan masjid dahulunya menyerupai rumah panggung sebagaimana yang ada di daerah pesisir.

Bangunan Masjid Laweyan berbentuk rumah panggung yang tinggi sehingga ada pula yang mengklaim Masjid Laweyan adalah masjid tertinggi.

Pada masa Paku Buwono X, bangunan masjid pun diubah total sehingga atap dibentuk khas joglo dan bertahan hingga ratusan tahun.

Baca Juga: Kiai Ageng Henis dan Jejaknya di Laweyan 1: Putra Bungsu Ki Ageng Sela yang Hijrah ke Pengging

Hal menarik lainnya dari masjid ini adalah penggunaan tiang kayu yang di dalam masjid adalah bekas tiang Keraton Kartasura akibat peristiwa geger pecinan

yang menyebabkan Paku Buwono II memindahkan kekuasaan di Desa Sela menjadi Keraton Kasunan Surakarta.

Laweyan pun berkembang pesat sebagai pusat penyebaran Islam. Sebagai perkampungan yang dibina Kiai Ageng Henis, banyak perubahan dan kebijakan ke arah yang positif yang diarahkan oleh Kiai Ageng Henis.

Kiai Ageng Henis juga adalah sosok negarawan sekaligus ulama yang memiliki integritas tinggi dan memiliki pemikiran maju.

Hal yang ia pikirkan tidaknya akhirat saja, tetapi menyeimbangkannya dengan kehidupan dunia. Para santrinya pun semakin banyak jumlahnya dan ilmu yang diajarkan tidaklah hanya ilmu agama.

Baca Juga: Kiai Ageng Henis dan Jejaknya di Laweyan 2: Berhasil Mengajak Kiai Ageng Beluk Memeluk Agama Islam

Akan tetapi, dihadirkan pula kegiatan yang memberikan keterampilan dan kemapanan dalam aspek ekonomi keluarga.

Selain mendidik para santrinya, Kiai Ageng Henis juga mendidik cucunya, Danang Sutawijaya, yang juga pernah tinggal di Laweyan, pada masa jauh sebelum bersama-sama sang ayah, mengabdi di Kasultanan Pajang.

Saat bersama Kiai Ageng Henis inilah, Sutawijaya dikenal dengan sebutan Ngabei Loring Pasar.

Sebutan ini karena Panembahan Senopati kecil hidup di Laweyan yaitu di Kampung Lor Pasar sehingga beliau sering disebut dengan Mas Ngabehi Loring Pasar.

Sutawijaya tidak hanya sendiri berguru pada kakeknya, sejumlah pengikutnya pun diajak berguru pada kakeknya itu.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Swasto Dayanto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Cerita misteri saat pentas malam pelepasan mahasiswa KKN

Sabtu, 13 September 2025 | 22:00 WIB
X