harianmerapi.com - Kiai Ageng Henis dan Jejaknya di Laweyan. Dari hal inilah, hubungan kampung Laweyan, masjid peninggalan Kiai Ageng Henis atau Masjid Laweyan dengan Keraton Surakarta Hadiningrat sangat erat.
Sebagai penerus kerajaan Mataram yang dibangun Kiai Ageng Pemanahan anak Kiai Ageng Henis, Laweyan menjadi tempat keramat buat raja-raja Jawa.
Bahkan Pakubuwana II juga pernah bersembunyi di Masjid Laweyan saat pecah pemberontakan Raden Mas Gerandi.
Baca Juga: Kiai Ageng Henis dan Jejaknya di Laweyan 1: Putra Bungsu Ki Ageng Sela yang Hijrah ke Pengging
Di makam Ki Ageng Henis, Pakubuwana bertetirah, melakukan tirakatan, memohon pertolongan kepada Tuhan agar mampu merebut kembali Kartasura yang diduduki pasukan Mas Gerandi.
Sejarah pun mencatat, kegigihan dan keseriusan tetirah di Masjid Laweyan, kemenangan pun dipetik Pakubuwana II karena berhasil mengembalikan kekuasaannya.
Lalu, Pakubuwana II membangun gerbang yang dibuat khusus, jika dirinya hendak berziarah ke makam Ki Ageng Laweyan.
Namun gerbang ini hanya dipakai satu kali karena satu tahun setelah pembuatannya Pakubuwono II meninggal.
Jenazahnya dimakamkan di komplek makam Ki Ageng Henis maka komplek makam ini sering disebut dengan Astana Laweyan.
Akan tetapi, beberapa waktu kemudian makam Pakubuwono II dipindahkan di Pajimatan Makam Raja Mataram Imogiri.
Baca Juga: Kiai Ageng Henis dan Jejaknya di Laweyan 2: Berhasil Mengajak Kiai Ageng Beluk Memeluk Agama Islam
Jika berziarah di Laweyan, lokasinya dekat dengan Kampung Batik Laweyan dan Museum Samanhudi. Makam terletak disebelah Masjid Laweyan.
Untuk masuk ke dalam sebaiknya lewat juru kunci makam karena komplek mempunyai tiga gerbang.
Gerbang kedua biasanya terkunci. Komplek makam Astana Laweyan ini merupakan kompleks makam tua yang sudah berumur 500 tahun lebih.
Di sekitar makam terdapat pohon-pohon yang disebut pohon nagasari yang bermakna sebagai pelindung makam (dijaga oleh para naga).