Awal mulanya dikerjakan oleh putra dan putri serta abdi dalem keraton selanjutnya diperkenalkan kepada para santri yang berguru padanya.
Kegigihan dan dedikasi Kiai Ageng Henis, para santri pun akhirnya memiliki kemampuan membatik.
Baca Juga: Kiai Ageng Henis dan Jejaknya di Laweyan 4: Menjadi Tempat Keramat buat Raja-raja Jawa.
Kemampuan para santrinya membatik tidak hanya untuk keperluan keraton saja tetapi juga untuk masyarakat umum.
Sejak saat itu, tingginya minat terhadap batik membuat batik memiliki nilai jual tinggi. (Ditulis: Yosi Wulandari UAD) *