Pilihannya untuk berdakwah dan mengasingkan diri dari dunia kerajaan juga bermula saat berkumpul dan bermusyawarah beserta para saudara Auliya dan pembesar kerajaan pada waktu itu.
Baca Juga: Syahrut Tarbiyah, Mendidik Diri dan Umat Selama Bulan Ramadhan
Musyawarah itu juga bermisi dalam perjuangan dakwah. Namun, Nyai Ageng Ngerang sering diremehkan karena ia seorang perempuan.
Pernyataan yang paling tidak bisa diterima Nyai adalah “Perempuan itu identik di rumah saja dan tidak bisa berbuat apa-apa. Bagian perempuan hanya sedikit (setengah dari bagian laki-laki), lain halnya dengan bagian laki-laki.” (Ditulis: Yosi Wulandari UAD, pernah ditayang di Koran Merapi) *