harianmerapi.com - Selang waktu berlalu, Nyai Ageng Ngerang telah tumbuh dewasa, Nyai yang bernama Dewi Roro Kasihan menikah dengan Raden Ronggo Joyo atau lebih dikenal Kiai Ageng Ngerang.
Sejak menikah Dei Roro Kasihan mendapatkan nama panggilan Nyai Ageng Ngerang yang juga tinggal di Ngerang Juwana.
Dalam perannya menyebarluaskan Islam, Kiai Ageng Ngerang mendirikan pesantren di Ngerang Juwana.
Baca Juga: Ulama Ageng Ngerang dan Kesultanan Mataram 1: Memiliki Nasab dengan Nabi Muhammad SAW Generasi ke-25
Padepokan yang didirikannya mendapatkan sambutan baik dari masyarakat, bahkan muridnya banyak datang dari berbagai daerah.
Nyai Ageng Ngerang pun ikut membantu suami mengajar para santri wanita. Suatu ketika, terjadi peristiwa yang tidak dapat dihindari oleh sepasang ulama ini.
Kedekatan Kiai Ageng Ngerang dan Nyai Ageng Ngerang dengan Syeh Siti Jenar seorang ulama tarekat dan sufi membuat mereka harus terjerat masalah.
Nyai Ageng Ngerang pun pernah belajar bersama Syeh Siti Jenar. Pada waktu itu terjadi konflik politik di kerajaan Demak dengan Syeh Siti Jenar sehingga siapa pun yang dekat dengan Syeh Siti Jenar akan ikut diburu oleh prajurit kerajaan Demak.
Melihat kondisi semakin tidak kondusif dan menjaga keselamatan para santri. Kiai Ageng Ngerang dan Nyai Ageng Ngerang meninggalkan padepokan Ngerang Juawana dan pergi ke arah selatan serta menyusuri lereng pegunungan Kendeng.
Di lereng pegunungan inilah mereka membuka hutan untuk dijadikan tempat tinggal. Selang berapa waktu padepokan pun didirikan mereka untuk tetap dapat menyebarkan Islam di daerah lereng pegunungan Kendeng.
Syahdan, Nyai Ageng Ngerang awal mula berjuang dalam menyebarkan Islam adalah dengan keluar dari kehidupannya yang dalam kerajaan syarat dengan aturan duniawi.
Nyai Ageng merasa tidak dapat leluasa dalam belajar dan menyebarkan agama. Nyai Ageng Ngerang memilih ulang melalang buana, berpindah tempat, dalam rangka dakwah.
Nyai Ageng Ngerang merasakan kehidupan yang lebih hakiki dan berada dalam rida Allah.
Kegiatan uzlah atau mengasingkan diri serta berdakwah agam Islam dengan sistem berpindah-pindah, bahkan pernah singgah di tanah Muria hingga akhirnya mendapatkan tempat berakwah yang paling layak, tepatnya di Pati Kidul, dusun Ngerang Tambakromo Pati.