Nyadran di Makam Petilasan Kyai Candrabumi Magelang 2: Dipercaya sebagai Manggala Yudha Laskar Pangeran Dipone

photo author
- Jumat, 25 Maret 2022 | 20:05 WIB
                         Peserta Nyadran yang di luar kompleks makam.       (Dok. Amat Sukandar)
Peserta Nyadran yang di luar kompleks makam. (Dok. Amat Sukandar)

harianmerapi.com - Berdasarkan petunjuk ghaib yang diterima Pak Sadjijo ini, Dra. Suyami, M.Hum., salah seorang peneliti dari Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta pernah melacak sejarah Kyai Candrabumi ke ‘Tepas Darah Dalem” Keraton Ngayogyakarta.

Dalam tulisannya berjudul “Mitos Kyai Candrabumi: Kajian Nilai Magis Religius bagi Masyarakat pendukungnya,” dalam buku Seri Sejarah dan Budaya “Patra Widya” yang
diterbitkan Badan Pengembangan Kebudayaan dan Pariwisata, Juni 2003, dia menyebutkan, pihak keraton memberikan penjelasan bahwa nama Kyai Candrabumi tidak
dikenal di Keraton Yogyakarta.

Namun nama “Gusti Amat” memang ada yaitu nama lain dari Gusti Pangeran Harya Suryaningalogo, putra tunggal raja Hamengku Buwana V yang lahir dari permaisuri.

Baca Juga: Nyadran di Makam Petilasan Kyai Candrabumi Magelang 1: Memiliki Kelebihan Ilmu Agama dan Olah Kanuragan

Namun dia lahir setelah ayahandanya, Hamengku Buwana V, wafat. Dan pihak keraton telah terlanjur mengangkat adik Hamengku Buwana V yang bernama Raden Mas Mustojo sebagai Hamengku Buwana VI.

Dan setelah Hamengku Buwana VI wafat, yang diangkat sebagai Hamengku Buwana VII yaitu putra Hamengku Buwana VI.

Dalam ‘Serat Raja Putra Ngayogyakarta Hadiningrat’ juga ditulis, bila Gusti Pangeran Harya Suryaningalogo dibuang ke Menado (“kendhang Menadho”).

Namun tidak ada keterangan atau informasi yang jelas kapan dia dibuang, kapan dan di mana wafatnya, serta di mana makamnya.

Baca Juga: Enam Janji Allah Kepada Orang Beriman, Salah satunya Ditunjukkan Kepada Jalan yang Benar (Al Hidayah)

Meski belum diketahui dengan pasti asal-usul Kyai Candrabumi, berdasarkan informasi dari Keraton Ngayogyakarta tersebut, bisa ditafsirkan bila Kyai Candrabumi
bukanlah orang biasa.

Mungkin dialah yang bernama Gusti Amat, yang keluar dari keraton untuk meneruskan perjuangan P. Diponegoro dan sebagai wakil atau wali dari Sultan Hamengku Buana V, ayahanda Gusti Amat.

Juru kunci makam patilasan Eyang Kyai Candrabumi, Banari, menuturkan dalam acara Nyadran beberapa tahun yang lalu pernah dihadiri R.M. Asmodipuro, abdi dalem
Keraton Ngayogyakarta bagian Kaprajan, yang menjelaskan bila Kyai Candrabumi sebagai putra trah keturunan raja Paku Buwana II.

Pangeran Candrabumi meninggalkan keraton bersama Pangeran Surantaka karena tidak setuju dengan hasil Perjanjian Giyanti tahun 1755 yang memecah Kerajaan Mataram menjadi dua, Ngayogyakarta dan Surakarta. Banari mengaku masih menyimpan silsilahnya dari Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.

Baca Juga: Kesurupan di Hutan Pinus Nglimut 2: Juru Kunci Ingatkan Hormati Setiap Tempat, Jangan Buang Sampah Sembarangan

Namun demikian dia juga tetap menghormati cerita rakyat tentang Kyai Candrabumi yang telah menjadi legenda di tengah masyarakat, bila Kyai Candrabumi
sebagai salah seorang manggala yudha lasykar Pangeran Diponegoro.

Ini merupakan versi lain dari cerita legenda Eyang Kyai Candrabumi, sebagai tokoh legendaris yang menjadi mitos di tengah masyarakat. Banyak warga masyarakat di sini yang menganggap kalau Kyai Candrabumi adalah salah seorang perajurit pengikut Pangeran Diponegoro.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Swasto Dayanto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Cerita misteri saat pentas malam pelepasan mahasiswa KKN

Sabtu, 13 September 2025 | 22:00 WIB
X