harianmerapi.com - Subarji berangkat dari Jogja sedang Sabariyanta dari Kulon Progo, kemudian mereka bersama-sama menuju makam Nyai Bagelen untuk melakukkan tirakat.
Makam Nyai Bagelen itu terletak dekat jalan Jogja - Purworejo. Dari Jogja sebelum sampai jembatan Ngandul (Bagawanta) ada pertigaan Cangkrep ke arah timur laut tidak jauh akan sampai makam Nyai Bagelen.
Hampir malam keduanya tiba di makam Nyai Bagelen kemudian menjumpai juru kuncinya. Subarji bertanya: “Pak apa syaratnya kalau tirakat di makam ini?”
Baca Juga: Tirakat di Makam Nyai Bagelen 1: Punya Hobi Berburu, Ziarah dan Mengunjungi Tempat Angker
Juru kunci itu menjawab: “Bawa bunga dan kemenyan Mas”.
Selanjutnya Sabariyanta mengucap: “Terimakasih Pak”.
Sabariyanta dan Subarji balik ke Cangkrep karena belum membawa bunga dan kemenyan. Di pertigaan Cangkrep berderet di pinggir jalan orang berjualan bunga dan kemenyan.
Keduanya segera membeli bunga dan kemenyan langsung balik ke makam. Sekitar makam itu kelihatannya penuh aroma mistis, para peziarah tampak tenang dan tidak banyak bicara.
Yang dimakamkan di situ adalah Nyai Bagelen istri dari prabu Awu Awu Langit. Kalau makamnya jadi tempat ziarah itu menunjukkan bahwa yang dimakamkan di situ bukan sembarangan orang.
Baca Juga: Mengenal Enam Model Pembelajaran Sentra PAUD, Salah Satunya Sentra Keimanan dan Ketaqwaan
Sewaktu hidupnya pasti orang yang berwibawa dan berkarisma. Setelah mendapat bunga dan kemenyan Sabariyanta dan Subarji kembali ke makam.
Mereka menggelar tikar yang dibawanya dari rumah. Mulailah mereka tirakat duduk bersila. Memusatkan pikiran perasaan kepada Tuhan agar permohonanya terkabul.
Sabariyanta meminta jodoh yang cantik, penuh pengertian, sedang Subarji meminta agar bengkelnya laris dan cepat berkembang.
Pukul 24.00 Wib tirakat berhenti, keduanya menaburkan bunga di atas makam Nyai Bagelen kemudian membakar kemenyan di tanah.
Baca Juga: Pemilihan Pengurus RT Menghasilkan Satu Nama dan Kunci Hilang Saat Nonton Panjang Jimat di Cirebon
Kemenyan meleleh di tanah menurut saran juru kunci tanah yang terkena lelehan kemenyan itu agar dibawa pulang dan ditabur diatas genting rumahnya.