JOGJA, harianmerapi.com - Paguyuban Kawulo Mataram Se-Nusantara menggelar sarasehan budaya di Hotel Merapi Merbabu, Seturan Sleman, Sabtu 29 Januari 2022.
Sebagaimana disampaikan Ketua Panitia, Ki Anton Lebdo Husodo, sarasehan yang dihadiri pengurus, para pegiat paguyuban dan perwakilan komunitas dari berbagai daerah ini bertujuan untuk memperteguh kemitmen paguyuban dalam upaya pelestarian adat dan budaya.
"Juga penguatan kapasitas para pengurus dan pegiatnya termasuk meneladani dedikasi para tokoh pendiri dan memahami landasan filosofis pendirian Paguyuban Kawulo Mataram Se-Nusantara," katanya.
Acara yang digelar sehari penuh ini diisi dengan rangkaian diskusi baik yang terkait dengan
adat dan budaya serta pengembangan dan pengelolaaan organisasi yang di moderasi oleh
Heribertus Binawan.
Sarasehan menghadirkan sejumlah pembicara, antaranya Ki Sinung Herman Janutama yang secara mendalam mengupas arti penting dan kesejatian Kawulo Mataram.
Tidak hanya sejarah dan latar belakang paguyuban yang dibahasnya, melainkan juga cita-cita dan dorongan batin dan situasi kehidupan kekinian yang membutuhkan panduan dari ajaran-ajaran sejati agar kehidupan menjadi lebih memiliki arti.
Pembicara lain, Pelda Waluyo Sejati menguraikan hal-hal praktis Paguyuban Kawulo Mataram sebagai organisasi sosial kemasyarakatan. Berbagai hal terkait dengan manajemen, tugas dan tanggungjawab serta posisi Paguyban sebagai organisasi sosial menjadi bahasan inti dan direspon dengan baik oleh peserta.
Baca Juga: Kekayaan Bukan Segalanya 18: Tidak Mudah Jadi Orang Kaya Baru, Nafsu Duniawi Jadi Tak Terkendali
Secara khusus dalam sarasehan budaya ini juga digelar peragaan busana Jawa (Mataram) baik gaya Surakarta maupun gaya Yogyakarta. Dengan memperagakan wastra Mataram, Ki Totok Suryogupito menjelaskan satu persatu makna simbolik dari setiap bagian busana Jawa yang bisanya dikenakan para anggota Paguyuban dalam berbagai acara.
Ditemui seusai acara, Heru Sutrisno Notodimedjo, Ketua Umum Paguyunan Kawulo Mataram Se-Nusantara mengungkapkan bahwa Sarasehan Budaya ini digelar dalam rangka meneruskan dan mengejawantahkan inspirasi-inspirasi dari para pendiri dan panghageng paguyuban seperti KRT. Bimo Subandi dan Prof. Damardjati Supadjar yang telah meletakan prinsip dasar dalam pola tindak sebagai anggota maupun organisasi.
“Lebih dari itu, sarasahen budaya ini gelar dalam rangka olah rasa, dan ajang refleksi alam batin bagi pengurus, anggota, pegiat dan masyarakat yang hadir untuk mengukur usahanya sendiri dalam mencapai kesempurnaan sejati dan menjaga kemurnian tingkah laku sebagai kawulo”, tambahnya. *