harianmerapi.com - "Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa): “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah.
Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya.
Beri maaflah kami, ampunilah kami dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir." (QS. Al-Baqarah: 286)
Baca Juga: Suami Setia 1: Anak Bertanya pada Bapak, Jika Sudah Mati Bisa Ketemu Lagi Nggak Ya?
Masih melekat dalam benak Dirga ucapan Ustadz, bahwa cobaan yang diberikan Allah kepada hamba-Nya, pasti ada hikmahnya. Dan tidak mungkin cobaan itu melebihi dari kemampuan manusia itu sendiri.
Kesadaran Dirga itu juga bangkit, setelah melihat kenyataan, bahwa masih banyak orang yang lebih menderita dibanding dirinya.
Bukan saja terkait dengan gempa yang baru saja terjadi, namun mulai dari sekitarnya hingga di belahan dunia yang lebih jauh, banyak sekali contoh bagaimana seseorang mendapat ujian hidup yang teramat sangat berat.
Dirga pun dengan ikhlas merawat istrinya yang kini hanya bisa duduk di kursi roda. Kelumpuhan yang dialami Hastri rupanya permanen, sehingga sulit untuk bisa pulih kembali.
Baca Juga: Lima Ujian yang Dihadapi Hidup Orang Beriman
Jika dulu Dirga yang diurus oleh Hastri, maka sekarang sebaliknya ia yang harus mengurus semua keperluan sehari-hari istrinya.
Bahkan agar bisa merawat istrinya, Dirga rela kehilangan pekerjaannya yang mengharuskan sehari penuh harus di kantor. Ia ingin lebih banyak berada di dekat istrinya, agar bisa menjaga jika tiba-tiba ada sesuatu.
Dirga percaya, rezeki pasti akan dartang dengan cara yang lain jika ia bisa melakukan semuanya dengan tulus. Tak pernah sekalipun ia mengeluh dengan keadaan yang dialami.
Meski sesekali masih teringat dengan putri semata wayangnya, Sonya, namun justru hal itu malah bisa membangkitkan semangat untuk melanjutkan kehidupan.
Secara rutin ia mendoakan Sonya, baik di rumah maupun berziarah di makamnya. Meski makamnya secara massal, Dirga bisa merasakan dimana posisi jasad Sonya yang sebenarnya sehingga seolah-olah bisa komunikasi secara langsung. (Bersambung) *