harianmerapi.com - Dibutuhkan ketenangan luar biasa bagi seorang ayah saat menghadapi cobaan berat yang segera diambil keputusan.
Betapa tidak, pada saat bersamaan harus menghadapi kenyataan anak dikubur massa sebagai korban gempa bumi, sementara istri harus segera mendapat perawatan medis.
Suara gaduh terdengar, ketika bantuan darurat mulai datang. Suasana memang sangat semrawut dan tak menentu, karena semua ingin mendapatkan layanan pertama.
Baca Juga: Lima Keistimewaan yang Dimiliki Seorang Perempuan di Mata Islam
Padahal korban akibat gempa bumi besar yang barus saja terjadi sangat banyak. Mayat bergeletakan di mana-mana, tapi sudah mulai agak dirapikan oleh keluarga masing-masing di halaman mereka.
Sementara yang terluka juga sangat banyak, mulai dari luka-luka ringan hingga yang sangat berat.
Dalam benak Dirga yang ada sekarang adalah bagaimana menyelamatkan nyawa istrinya. Ia harus melihat skala prioritas.
Setidaknya jazad Sonya sudah ditempatkan pada posisi yang layak, tinggal menunggu pengrumatan selanjutnya.
Kini ia harus berjuang keras agar istrinya bisa segera mendapat pertolongan pertama. Orang-orang rupanya sudah mulai menyadari situasi, sehingga beberapa di antaraya melakukan koordinasi agar keadaan bisa dikendalikan.
Para relawan pun bermunculan, baik dari kalangan masyaraat sekitar maupun dari luar yang memang mempunyai kepedulian sosial tinggi.
Satu per satu korban meninggal diambil untuk dikumpulkan dalam satu lokasi. Begitu pula dengan para korban yang mengalami luka-luka.
Jika bisa dilakukan pertolongan darurat, maka dilakukan di lokasi itu juga. Sementara yang mengalami luka cukup parah dibawa dalam tenda-tenda yang didirikan. Beberapa di antaranya dibawa mobil ambulans untuk mendapatkan perawatan lebih jauh.
Dirga ngotot istrinya termasuk korban yang harus mendapat perawatan lanjut, karena melihat kondisinya yang memang sangat memprihatinkan.