harianmerapi.com - Dirham bingung bagaimana harus menjelaskan pada Pak Wiro tentang hubungannya dengan Sisar. Sejauh ini Dirham memang belum berpikir Pak Wiro sebagai calon mertua.
Dari sudut pandang Dirham, dirinya memang selama ini menganggap Sisar sebagai teman akrab, belum masuk kategori hubungan yang serius.
Selama ini yang lebih banyak mengambil inisiatif di pihak Sisar, sementara Dirham sifatnya ngemong saja. Apalagi Sisar masih duduk di bangku SMA kelas 2. Masih terlalu jauh untuk memikirkan masa depan.
Namun pertimbangan Dirham tentu berbeda dengan Pak Wiro. Sebagai orang tua seorang gadis yang tinggal di pedesaan yang terbilang pandangan masyarakatnya masih sederhana, ada pemikiran dengan banyak pertimbangan.
Setiap ada kedekatan antara seorang pria dengan wanita, maka masyarakat sekitar sudah menilai berarti ada keseriusan.
"Kami memang baru berteman biasa Pak," kata Dirham agak bergetar, karena ada rasa sungkan menghadapi orang tua yang sepertinya tengah mengiterogasi dirinya.
Baca Juga: Cerita Horor di Gudang Pabrik, Hantu Gentayangan Menyerupai Salah Satu Staf Karyawan
"Begini nak Dirham, bapak tidak melarang nak Dirham berteman dengan Sisar. Tapi maaf, terus terang saja bapak belakangan mulai merasa tidak nyaman mendengar orang-orang sekitar membicarakan hubungan kalian," beber Pak Wiro.
Dirham semakin tidak enak mendengar nada bicara Pak Wiro. Sementara Sisar yang juga ikut mendengarkan secara diam-diam dari balik pintu, tidak menduga sama sekali kalau ayahnya sampai bertanya seperti itu pada Dirham.
Sisar memang pernah mendengar kedua orang tuanya membicarakan dirinya yang bergaul terlalu dekat dengan Dirham.
Baca Juga: Ki Ageng Makukuhan Alias Sunan Kedu 11: Petilasannya Masih Menjadi 'Punden' dan Dihormati
Sisar juga menyadari, para tetangga mulai bergunjing tentang dirinya. Namun sebagai anak remaja, Sisar tak peduli dengan semua itu.
Ia lebih menganggap bahwa orang-orang di sekitarnya merasa iri atau ketinggalan zaman sehingga tak bisa memahami gaya pergaulan anak muda zaman sekarang.
Sebentar kemudian, datang Bu Wiro dengan membawa segelas air teh.
"Silakan diminum Nak Dirham," kata Bu Wiro yang lantas duduk di samping suaminya.