Bukan Cinta Sejati 2: Karakter Otoriter dan Mau Menang Sendiri Berubah Saat Hatinya Mengenal Jatuh Cinta

photo author
- Rabu, 15 Desember 2021 | 17:30 WIB
Benih-benih cinta tumbuh di hati Sisar sejek bertemu dengan Dirham.           (Ilustrasi Sibhe)
Benih-benih cinta tumbuh di hati Sisar sejek bertemu dengan Dirham. (Ilustrasi Sibhe)

harianmerapi.com - Di keluarganya, Sisar memang anak tunggal, sehingga sejak kecil selalu dimanja orang tuanya.

Semua keinginannya pasti dituruti. Maklum, kehadiran Sisar sudah lama ditunggu-tunggu oleh orang tuanya. Setelah tujuh tahun menikah, mereka baru mendapat momongan.

Sikap orang tua yang 'ngujo' semua keinginan Sisar, rupanya telah membentuk karakter yang egois dan otoriter.

Baca Juga: Menanamkan Kedisiplinan pada Anak, Ini Aspek-aspek yang Harus Diperhatikan Orang Tua

Sifat-sifat itu sudah ditunjukkan sejak Sisar kecil, hingga sekarang sudah duduk di bangku SMA. Bukan saja di lingkungan keluarga, tapi di kalangan teman bermain maupun di sekolah sifat egois Sisar amat sangat menonjol.

Ia tidak boleh dikalahkan oleh siapapun dan apapun keinginannya harus dipenuhi. Jika tidak, maka emosinya bisa meledak terhadap siapapun dan dimanapun tidak pandang bulu.

Beberapa kali Sisar bermasalah dengan temannya di sekolah. Berulang kali ia dipanggil guru Bimbingan dan Konseling.

Baca Juga: Cerita Horor dalam Lomba Karaoke Lansia, Ketika Mengangguk Kepala Jatuh Menggelundung dan Diambil Lagi

Bahkan orang tuanya juga sudah bosan memenuhi panggilan guru ke sekolah untuk menyelesaikan persoalan. Toh demikian, watak Sisar sulit sekali diubah.

Karena itu, tidak banyak teman-temannya yang mau bergaul. Justru lebih banyak teman laki-laki yang sering mau mendekati dan berteman.

Itu karena teman laki-laki umumnya lebih menghormati temannya yang perempuan. Meski begitu, sesekali tetap saja muncul pertengkaran dengan teman laki-laki. Dan Sisar tak pernah gentar.

Baca Juga: Empat Alasan Pentingnya Manajemen Waktu Agar Tidak Menjadi Orang yang Merugi

Kepada para guru Sisar juga masih memiliki rasa hormat, sebagaimana sikapnya kepada kedua orangtuanya. Itu karena ada rasa takut Sisar akan mendapat nilai buruk.

Ia menyadari, otaknya tidak pandai dan sulit menerima isi pelajaran. Untuk menutupi kekurangan itu, Sisar mencoba bersikap baik dengan semua guru.

Bagaimanapun jengkelnya terhadap perlakuan seorang guru, Sisar setengah mati mencoba untuk tidak melakukan pemberontakan.

Baca Juga: Silakan Mampir di Warung Makan Mi Ayam Mumet dan Pencuri Spesialis Bandul Timbangan

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Swasto Dayanto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Filosofi laron dalam masyarakat Jawa

Senin, 28 April 2025 | 14:45 WIB
X