harianmerapi.com - Walangsungsang banyak mendapatkan ilmu agama dari orang-orang yang ia jumpai selama tinggal di Mekah.
Ia pun bersiap untuk kembali ke tanah Sunda dan memulai dakwahnya. Kepulangannya kali ini tentu tanpa Rara Santang.
Dari cerita tersebut dapat ditarik kesimpulan Dinasti Prabu Siliwangi yang masuk Islam adalah dari garis keturuanan Nyai Subang Larang.
Baca Juga: Wewe Gombel Ngamuk Gara-gara Dibilang Wanita Nakal
Dapat dipastikan dari Subang Larang ajaran Islam mulai dikenal oleh putra-putrinya. Pangeran Walangsungsang atau Pangeran Cakrabuana kemudian menjadi penguasa Cirebon (Pendiri Kesultanan Cirebon).
Rara Santang kemudian memiliki anak bernama Syarif Hidayatullah yang kemudian dikenal sebagai Sunan Gunungjati. Raja Sangara yang dikenal dengan nama Kian Santang menjadi ulama besar.
Kian Santang cukup berjasa dalam penyebaran ajaran agama Islam. Wilayah penyebaran agama Islam berada di Jakarta dan sekitarnya. Ia dan murid-muridnya gencar berdakwah.
Baca Juga: Pernikahan yang Tak Direstui 16: Cerai Hanya untuk Mengejar Kesenangan Duniawi
Salah seorang murid Kian Santang adalah Pangeran Papak, seorang adipati dari Tanjung Jaya yang kini lokasinya di Tanjung Barat Jakarta Selatan.
Semantara petilasan Nyai Subang Larang berada di hutan jati di desa Naggerang, Kecamatan Binong. Sampai saat ini petilasan Nyai Subang larang ramai dikunjungi. Beberapa di antaranya merupakan para sejarawan dan budayawan Jawa Barat.
Di sekitar pemakaman Nyai Subang Larang sejak tahun 80-an ditemukan berbagai peninggalan bersejarah. Benda-benda bersejarah itu banyak ditemukan di hutan jati yang disebut Muara Jati dan Teluk Agung yang juga dikenal dengan sebutan Astana Panjang.
Baca Juga: Memancing Tengah Malam Sendirian, Ditemani Kuntilanak
Sampai saat ini, belum diketahui dengan pasti tentang Astana Panjang. Meskipun demikian, penduduk meyakini bahwa peninggalan tersebut milik Nyai Subang Larang.
Pasalnya berbagai peninggalan yang ditemukan memiliki kesamaan nama-nama tempat dengan latar belakang kehidupan Subang Larang zaman dahulu.
Hal tersebut semakin menguatkan bahwa Astana Pajang merupakan petilasan Nyai Subang Larang. Selain itu di daerah Cipunagara juga terdapat makam eyang Gelok yang diyakini sebagai pengiring Nyai Subang Larang semasa hidupnya.