Baca Juga: Tamu Sungai Angker 1: Sosok Itu Bangkit dan Berjalan ke Tepian
Oncor itu diletakan di depan rumah warga untuk menerangi jalan Ratu Kalinyamat sekaligus bentuk penghormatan kepada Ratu yang baru saja mengikuti malam Nisfu Syaban.
Berdasarkan kejadian itulah muncul tradisi Bara’atan atau dikenal Baratan. Tradisi ini berasal dari kata Baarah yang artinya keselamatan atau Barakah yang artinya keberkahan.
Tradisi ini sudah dilakukan turun-temurun oleh masyarakat Jepara tepatnya pada tanggal 15 Syakban yang bertepatan dengan malam Nifsu Syaban atau pada kalender Jawa disebut bulan Ruwah.
Pada zamaan sekarang peristiwa mengenang Ratu Kalinyamat pun datang dari daerah Kudus ke Kalinyamatan yang dimodrenisasi dengan adanya arak-arakan. Arak-arakan dilakukan melewati beberap prosesi ritual, yaitu berpuasa tiga hari dan pergi berziarah ke makam Ratu Kalinyamat.
Keunikan tradisi ini adalah terdapat perempuan yang diperankan sebagai Ratu Kalinyamat tetapi tidak boleh melebihi kecantikan Ratu Kalinyamat. Jika hal ini terjadi, orang tersebut tidak akan kuat dan biasanya akan pingsan.
Begitulah bentuk hubungan tradisi dengan perkembangan Islam dan bentuk penghormatan kepada Ratu Kalinyamat di tanah Jepara yang terus berlangsung hingga saat ini. - Habis (Ditulis: Yosi Wulandari UAD)