harianmerapi.com - Kisah perlawanan Karaeng Galesong. Senjata yang tersimpan di kapal VOC Berlanda itu meski sedikit tetapi masih dirasa cukup.
Apalagi terdapat sebuah meriam kendati pun berukuran kecil tetapi masih lumayan untuk melengkapi persenjataan tradisional mereka.
Segera meriam itu berikut peluru-pelurunya diusung ke geladak perahu mereka.
Naluri Karaeng Galesong sebagai Senopati perang Kerajaan Goa memperhitungkan, jika dia terlalu lama berkutat mencari harta benda maupun senjata di perahu itu
jangan-jangan nanti Cornelis Speelman, Jendral Maetsuyker, atau Johan Truitmen beserta bala tentara VOC segera kembali ke kapal.
Ini berati maut bagi dirinya dan semua prajuritnya maka dia segera mengajak kedua temannya berikut bala prajuritnya untuk bergegas menjalankan perahu besar tersebut.
“Johan, segeralah kamu ajak kawan-kawanmu untuk pindah ke perahu sebelah itu!”, perintah Karaeng Galesong.
“Ya, Tuan”, hanya itu yang menjadi jawaban Johan Van Dam dia tidak berani memberi jawaban lain karena khawatir akan di bunuh oleh Karaeng Galesong.
Baca Juga: Perlawanan Karaeng Galesong 2: Buton Diduduki Belanda, Membawa 2000 Prajurit Menyeberang ke Jawa
Sementara Johan Van Dam berikut anak buahnya pindah ke perahu di sebelahnya yang berukuran lebih kecil maka Panji Karonuban berikut teman-temannya menarik tali layar sekaligus mengembangkannya.
Sedangkan Daeng Maklucing disertai puluhan orang anak buahnya berusaha menggerakkan kayuh perahu tersebut. Perlahan-lahan bahtera milik Belanda yang dirampas itu bergerak ke tengah lautan.
Panji Karonuban kemudian mengarahkan moncong meriam itu ke perahu yang ditempati Johan Van Dam dan kawan-kawan.
Peluru berukuran sebesar buah kates segera dimasukkan lewat moncongnya dan ... “Glegerrrr...” meriam tadi menggelegar.
Pelurunya melesat jauh dan jatuh di buritan perahu Johan Van Dam.
Terdengar puluhan opsir Belanda itu berteriak memaki-maki dan menyumpah serapah.