kearifan

Kisah Perjalanan Panji Sumenang 3: Bertemu Ki Ageng Gribig, Mengatasi Pageblug dengan Menggelar Merti Desa

Kamis, 21 April 2022 | 18:15 WIB
Saat bertemu Ki Ageng Gribig tengah terjadi pagebluk penyakit pes (Ilustrasi Pramono Estu)

harianmerapi.com - Perjalanan Panji Sumenang kembali ke kampung halaman di Majapahit sambil menyebarkan ajaran Agama ternyata membutuhkan waktu yang sangat panjang.

Panji Sumenang yang menyamar dengan nama Sunan Palang Santikawara bersama rombongan saat memasuki tahun 1499 tiba di dusun Sipandan.

Mereka bertemu dengan Ki Ageng Gribig putra Brawijaya V. Sekarang daerah ini termasuk wilayah Kabupaten Klaten dimana warganya sudah banyak yang memeluk agama Islam pada waktu itu.

Baca Juga: Kisah Perjalanan Panji Sumenang 1: Majapahit Runtuh Mengungsi ke Cirebon Sambil Mengadakan Pertunjukan Wayang

Kehidupan di sini sebenarnya sudah cukup maju, sawah-sawah nampak menghijau segar dengan berbagai tanamannya,

sungai-sungai tetap ada airnya meski kurang bersih, kehidupan kayaknya juga tenteram, damai, bahagia, makmur dan murah sandang pangan.

“Wilayahku ini sedang dilanda pageblug, Nak Mas Panji”, berkata Ki Ageng Gribig, ”Warga banyak yang menderita penyakit aneh, esuk kejangkitan penyakit itu siangnya meninggal."

"Siang menderita malamnya meninggal, malam terasa sakit pagi harinya meninggal begitu dan seterusnya”, kata Ki Ageng Gribig, judheg.

Panji Sumenang mengangguk-angguk, memahami masalah itu. Malam harinya beliau duduk bersila, berkonsentrasi,

Baca Juga: Kisah Perjalanan Panji Sumenang 2: Saat Pertunjukan Wayang Kulit untuk Berdakwah Ada Serangan Si Kepala Botak

memusatkan nalar budinya, manekung, maneges, mencari sasmitaning Illahi, dan memohon petunjukNya.

Akhirnya didapatlah gambaran dalam bayangan mimpinya yang kemudian disampaikan kepada Ki Ageng Gribig,

“Sepertinya itu penyakit pes, Ki Ageng. Salah satu hewan yang menyebarkan penyakit tadi adalah tikus."

"Makanya warga masyarakat mulai hari ini harus kita ajak hidup bersih, rumah bersih, lingkungan seputar bersih, parit-parit juga harus kita bersihkan,"

"kebun-kebun bersih, juga sawah-sawah jangan sampai banyak tumpukan jerami dan sebagainya."

Baca Juga: Misteri Bin Lucu, Saat Hujan Turun Deras, Eh...Si Patung Batu Penjaga Rumah Merintih Minta Payung

"Dengan demikian tikus- tikus tidak akan kerasan dan menjauhi lingkungan tempat tinggal kita maka penyakit pun akan menghilang dengan sendirinya”.

“Hmmmm, begitu? Jadi kita harus Merti Desa, Nak Mas Panji?”.

“Ya”.

Esuk paginya seluruh warga dusun Sipandan diajak merti desa yaitu gotong royong bersih-bersih lingkungan, ada yang membuat lubang-lubang tanah untuk memendam sampah-sampah yang berserakan,

rumput-rumput kering dan daun-daun kering dibakar, parit-parit yang mampet karena sampah dibersihkan, dan gerumbul-gerumbul perdu dibabati.

“Nak Mas Panji, di sebelah selatan desa ini terbentang hutan pandan yang sangat luas. Nah, kalau kita mau babad alas pandan cukuplah untuk tempat pemukiman warga-warga baru yang mau menjadi penduduk di sini”, usul Ki Ageng Gribig.

Baca Juga: Petung Jawa Weton Kamis Pahing 21 April 2022, Dapat Membahagiakan Orang Lain, Bakt di Bidang Jasa atau Jual Be

“Setuju”, jawab Panji Sumenang. Karena diantara para pengikutnya ada beberapa orang yang menginginkan tinggal di tempat itu saja tidak perlu melanjutkan perjalanan pulang sampai ke Majapahit.

Halaman:

Tags

Terkini

Cerita misteri saat pentas malam pelepasan mahasiswa KKN

Sabtu, 13 September 2025 | 22:00 WIB