harianmerapi.com - Setelah Majapahit runtuh dihancurkan Demak, Panji Sumenang alias Sunan Palang Santikawara mengungsi hingga ke Cirebon.
Setelah situasi dirasa aman, Panji Sumenang pun memutuskan untuk kembali. Sepanjang perjalanan pulang ini Sunan Palang Santikawara berkali-kali mengadakan pertunjukan wayang kulit di daerah-daerah yang dilewatinya.
Hal itu dilakukan, pertama untuk memberi hiburan kepada warga sekitar dan yang kedua beliau sempat berdakwah
sekaligus mengajarkan tata kehidupan yang baik dalam hal menciptakan kedamaian hidup bersama.
Dengan demikian perjalanan pulang ini justru memakan waktu yang sangat lama karena di suatu daerah rombongan itu bisa singgah antara satu sampai dua minggu untuk persiapan pentas wayangnya.
“Waspadalah, di sini kayaknya ada orang berilmu tinggi”, kata Panji Saprang si tukang kendang yang juga prajurit kepercayaan Sunan Palang Santikawara menyampaikan sasmita yang diterimanya dalam mimpinya semalam.
“Ya. Di sini Tanah Perdikan Menoreh. Daerah terjauh yang termasuk wilayah Kerajaan Demak”, jawab Sunan Palang Santikawara tidak cemas.
Baginya prajurit-prajurit Demak yang trampil berperang dan berilmu tinggi kebanyakan berada di pusat Kerajaan bukan di daerah terpencil begini.
Baca Juga: Pakar Bidang Gender dan Politik UMY: Pengesahan UU TPKS Suatu Kemajuan Hukum yang Bagus
Kalaupun ada itu termasuk prajurit Demak dengan kedudukan rendah dan ilmu kanuragan dikuasainyapun tentu masih dalam tataran wajar-wajar saja.
Malam harinya pas bulan purnama di musim kemarau, langit bersih, berjuta bintang bertaburan di langit biru, blencong dinyalakan,
dan lampu-lampu minyak juga sudah di nyalakan di seputar panggung pertunjukan.
Panji Saprang menghentak kendangnya memimpin wiyaga yang lain untuk bersama-sama menabuh gamelan, keras suaranya, berirama rancak.
Makin malam penonton makin banyak yang berdatangan apalagi lakon yang dimainkan Barayuda sungguh membuat malam yang biasanya sepi menjadi ramai riuh, gayeng, dan semarak.
Baca Juga: Kejadian Horor Tidur di Rumah Angker dan Menanatang di Makhluk Halus, Maka Akibatnya ....
Sambil memainkan kendangnya Panji Saprang menyiapkan kemampuan batinnya ketika merasakan ada serangan dari pihak lain yang tidak kasat mata.
Serangan itu mengarah ke ulu hatinya, rasanya seperti akan meremas jantungnya.
Masih terus sambil memainkan kendang Panji Saprang menyalurkan kekuatan batinnya ke kedua lengannya, turun ke telapak tangannya, dan siap dihentakkan.
Sementara itu, seseorang bertubuh agak gemuk berkepala botak duduk bersila di bawah pohon Nagasari tak jauh dari panggung pertunjukan wayang.