harianmerapi.com - Kisah legenda Sunan Tembayat bercerita ketika Sunan Kalijaga menyamar jadi penjual ilalang dan diperintahkan untuk membawa ilalang ke halaman belakang.
Setelah menerima upah yang murah Sunan Kalijaga meninggalkan kabupaten. Selang beberapa lama, seorang abdi dalem kabupaten tergopoh-gopoh menemui Pangeran Mangkubumi.
Abdi dalem ini menyampaikan bahwa di dalam tumpukan ilalang itu terdapat keris dengan kandelan atau pendhok yang terbuat dari emas.
Pangeran Mangkubumi dengan suka cita menerima keris itu tanpa mempedulikan apalagi menanyakan dari mana asal-usul keris tersebut.
Sunan Kalijaga kecewa. Sejatinya dengan mengirim alang-alang atau ilalang itu hendak memperingatkan Sang Bupati.
Sifat kadonyan, mencintai emas dan kemewahan akan menjadi alangan atau halangan bagi Sang Bupati untuk melaksanakan perintah Tuhan.
Sementara keris dengan kandelan yang terbuat dari emas itu dimaksudkan sebagai peringatan bahwa Pangeran Mangkubumi harus ngandel, percaya dan yakin kepada perintah Tuhan.
Jika Pangeran Mangkubumi percaya dan yakin, maka akan memperoleh balasan surga yang memuat segala jenis emas dan kemewahan. Namun tampaknya Sang Bupati tidak menangkap pasemon ini.
Selang beberapa hari, Pangeran Mangkubumi mengadakan pesta selametan rumah barunya yang mewah berdekorasi emas.
Sang Bupati mengundang banyak pejabat penting dan saudagar kaya di Semarang. Sunan Kalijaga datang, meski tidak diundang. Beliau datang dengan menyamar.
Bermaksud sekali lagi untuk memberi peringatan. Sunan Kalijaga mengenakan pakaian sederhana sebagaimana rakyat biasa. Tentu tidak ada yang memperhatikan.
Selanjutnya Sunan Kalijaga mengubah penyamarannya. Beliau mengganti pakaiannya dengan pakaian mewah yang tampak lebih megah dari tamu pejabat maupun saudagar lainnya.
Melihat ada tamu gagah berpakaian megah, Sang Bupati menyambut dan mempersilakan Sunan Kalijaga dengan bahagia.