Baca Juga: Legenda Sunan Tembayat 3: Pangeran Mangkubumi Lupa Diri Menjadi Suka Kemewahan dan Sombong
Kemudian menempatkan Sang Sunan pada tempat yang terhormat. Pangeran Mangkubumi yang tidak mengenali penyamaran Sunan Kalijaga tanpa basa-basi menanyakan kepada Sunan Kalijaga perihal rumah barunya.
Sunan Kalijaga memuji bahwa rumah tersebut indah dan megah. Hanya terasa ada yang kurang jika tidak ada suara orang ngaji Quran.
Pangeran Mangkubumi tidak menghiraukan. Ia masih saja meneruskan menyombongkan rumah barunya kepada para tamu undangan.
Sunan Kalijaga pun mengganti pakaian mewahnya dengan pakaian sederhana lagi. Hal itu dipandang sebagai lelucon oleh Pangeran Mangkubumi.
Sunan Kalijaga pun meninggalkan tuan rumah dan para tamu undangan. Padahal dengan mengganti pakaian, Sunan Kalijaga ingin memperingatkan Sang Bupati bahwa agama iku ageman. Agama itu untuk diamalkan.
Baca Juga: Syahrut Tarbiyah, Mendidik Diri dan Umat Selama Bulan Ramadhan
Menjauhlah dari kesombongan. Sebab kesombongan adalah selendang Tuhan. Manusia tidak akan kuat untuk mengenakan.
Sekali lagi, Pangeran Mangkubumi tidak menangkap pesan yang ingin disampaikan. Sudah dua pasemon Sunan Kalijaga gagal dipahami Sang Bupati.
Sunan Kalijaga pun mengganti cara untuk memberi peringatan. Kali ini Sang Sunan bertekad memberi peringatan dengan cara yang keras.
Suatu pagi Sunan Kalijaga menyamar menjadi pengemis. Mendatangi kediaman Sang Bupati. Sunan Kalijaga duduk bersila di halaman.
Para abdi dalem mencoba memberinya makan supaya secepatnya pergi. Namun Sunan Kalijaga tak bergeming.
Para punggawa mencoba mengusirnya, namun Sunan Kalijaga tetap tak beranjak. Pengemis itu tetap duduk bersila di halaman.
Hingga akhirnya menjelang siang, Pangeran Mangkubumi sendiri yang menemui. Beberapa kali ia lemparkan kepeng perak dan emas kepada Sunan Kalijaga.