harianmerapi.com - Setelah sekian lama Nyi Mas Gandasari hidup sendiri, Pangeran Cakrabuana yang merupakan keturunan Prabu Siliwangi dari Kerajaan Hindu Pajajaran ingin anak angkatnya itu segera menikah.
Pangeran Cakrabuwana merasa khawatir jika Nyi Mas Gandasari memilih untuk hidup sendiri. Karena itu, ia meminta nasihat Sunan Gunung Jati.
Pangeran Cakrabuwana akhirnya memberanikan diri untuk menanyakan pada putrinya. "Putriku Nyi Mas Gandasari, tidak ada yang bisa membuatku bahagia selain melihatmu memiliki pendamping hidup.”
“Rama, saya akan menikah hanya dengan lelaki yang tepat.”
“Laki-laki seperti apa yang Kau cari. Sudah banyak yang memintamu seperti demang, mantri, ksatria, bupati, para gegedeng, juragan dan para nakhkoda. Beritahu aku, siapa yang kamu senangi?"
“Sebetulnya saya belum siap menikah.”
"Duh Gusti. Tidak enak jika kamu selalu jadi perbincangan orang.”
"Baiklah Rama, saya akan menikah dengan lelaki yang bisa menandingi kesaktian hamba.”
Akhirnya diadakanlah sayembara untuk memperebutkan Nyi Mas Gandasari di Padepokan Mangkuragan.
Barang siapa yang dapat mengalahkan Nyi Mas Gandasari dalam pertempuran ia akan menjadi pendamping hidup Nyi Mas Gandasari.
Sejumlah pangeran, pendekar, maupun rakyat biasa dipersilakan untuk menjajal kesaktian sang putri.
Banyak di antaranya pangeran dan ksatria yang mencoba mengikuti sayembara tetapi tidak ada satu pun yang berhasil.
Seperti Ki Pekik, Ki Gede Pekandangan, Ki Gede Kapringan serta pendatang dari negeri Cina, Ki Dampu Awang atau Kyai Jangkar pun berhasil dikalahkannya.
Hingga pada akhirnya Nyi Mas Gandasari kedatangan tamu tak diundang untuk mengikuti sayembara yang digelarnya. Pemuda sakti dengan rambut digelung hadir sebagai pesaing berat Nyi Mas Gandasari.