Hewan dan uang dari para peziarah tersebut dimanfaatkan oleh desa untuk membangun kompleks makam, sarana prasarana makam, atau untuk pembangunan desa.
Sedangkan sedekah makanan dibagikan kepada warga masyarakat.
Makam petilasan Kyai Candrabumi ini perlu dilestarikan, termasuk tradisi Nyadran, sepanjang tidak menyimpang dari aqidah agama.
Sebab acara ritual tradisional ini merupakan salah satu objek wisata religi di wilayah Kabupaten Magelang yang dapat dan perlu dikembangkan.
Kepala Desa Podosoko, Waryono, pernah mengharapkan untuk masa-masa mendatang acara nyadran ini bisa digelar dengan suasana yang lebih “nJawani”.
Artinya, para panitia acara nyadran ini semua memakai busana Jawa dan menggunakan bahasa Jawa.
Di samping untuk lebih menghormati kepada almarhum Eyang Kyai Candrabumi yang masih Trah Kesultanan Mataram, juga sebagai upaya untuk melestarikan adat dan budaya Jawa.
Nyadran di makam petilasan Eyang Kyai Candrabumi tahun ini diselenggarakan pada hari Jumat Pon, tanggal 14 Ruwah 1955 Ehe atau 18 Maret 2022 Masehi yang lalu.
Acara Sadranan ini dengan siraman rohani membaca Doa Tahlil bersama.
Dan di tengah keadaan yang masih ada pandemi Covid-19, acara Nyadran ini diselenggarakan secara
terbatas, tidak mengundang warga dari lain desa, dengan tetap mematuhi protokol kesehatan.- Haabis - (Ditulis: Amat Sukandar) *