harianmerapi.com - Hari Sabtu, Tantro berangkat ke sekolah seperti biasanya. Tak ada hal yang aneh ia rasakan, sehingga semua berjalan rutin seperti biasanya. Tak tahunya kali ini merupakan hari Sabtu kelabu bagi Tantro.
Biasanya di hari Sabtu jajanannya lebih banyak yang laku, sehingga hari itu ia membawa persediaaan yang lebih banyak pula.
Begitu pun dengan orang tuanya. Ada yang spesial di akhir pekan, karena mereka akan menerima bayaran. Pak Dipo, ayah Tantro menerima gaji mingguan sebagai buruh bangunan.
Sementara Bu Dipo pun menerima upah dari para tetangga yang menggunakan jasanya. Biasanya upah itu dirapel dan dibayarkan setiap hari Sabtu.
Dengan begitu, di hari Minggu keluarkan kecil Tantro bisa menggunakan uang yang didapat untuk sekadar bersenang-senang secara sederhana.
Seperti misalnya rekreasi ke pantai, dengan membawa bekal dari rumah sehingga tak perlu jajan di lokasi.
Hari itu Bu Dipo juga sudah menjanjikan Tantro untuk mengajak piknik. Kali ini mereka sudah merencanakan untuk pergi ke gunung, untuk mencari udara segar.
Baca Juga: Gantungkan Cita-cita Setinggi Langit 2: Rajin Salat dan Belajar karena Ingin Menjadi Orang Kaya
Senang sekali Tantro dengan rencana itu. Meski piknik sederhana dengan mengeluarkan biaya yang tidak banyak, hal itu bisa menjadi refreshing agar pikiran tetap segar dan hubungan di antara orang tua dan anak selalu terjaga dengan baik.
Tapi rupanya hari itu menjadi hari yang sangat tidak diharapkan. Ada sebuah kejadian yang akhirnya mengubah seluruh jalan kehidupan keluarga Dipo.
Sore itu Tantro dan Bu Dipo sudah menunggu-nunggu kedatangan Pak Dipo. Namun yang ditunggu tak juga datang sampai hari mulai gelap.
Biasanya jika pulang telat Pak Dipo selalu memberi kabar. Hal itu diokarenakan sedang kerja lembur atau ada pekerjaan tambahan.
Tapi kali ini Pak Dipo sama sekali tak memberi kabar, sehingga Bu Dipo mulai dibuat cemas. Hingga akhirnya datang teman Pak Dipo, yang memberi kabar mengejutkan.