harianmerapi.com - Guna menyambung hidup selama suami dipenjara, Jumirah sebagai ibu yang harus menghidupi dua anaknya melakukan apa saja yang bisa ia lakukan, yang penting halal.
Sekalipun sering mendapat cemooh dari tetangga, Jumirah tak pernah menggubrisnya. Ia mau kerja serabutan, mulai dari jadi buruh cuci baju, cuci piring di warung makan, berjualan barang dari rumah ke rumah dan peluang apapun yang ada pasti ia lakukan.
Ia tidak ingin hidup hanya dari belas kasihan. Dari tema-teman suaminya yang kadang-kadang datang memberi sumbangan.
Baca Juga: Lima Keistimewaan yang Dimiliki Seorang Perempuan di Mata Islam
Terlebih lagi dari Klimin, yang secara rutin menyambangi rumah Jumirah. Sesekali perusahaan tempat Prapto bekerja memang memberi tali asih kepada Prapto, jika kebetulan ada orderan berlebih.
Tugas untuk menyampaikan bingkisan itu selalu diberikan pada Klimin, yang memang dikenal sebagai sahabat karib Prapto.
Pasangan Prapto sebagai sopir dan Klimin keneknya, seolah tak terpisahkan sekalipun salah satu harus berada di balik bui.
Baca Juga: Mengasah Hati Nurani Remaja dengan Iman agar Menjadi Pribadi yang Berperilaku Positif
Jumirah sendiri merasa bersyukur dengan rezeki yang didapatnya, karena setidaknya kedua anaknya masih bisa makan dan melanjutkan sekolah.
Meski ibaratnya kaki jadi kepala, kepala jadi kaki, Jumirah akan melakukannya demi menghidupi keluarga.
‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata, "Ada seorang ibu bersama dua putrinya menemuiku meminta makanan, akan tetapi ia tidak mendapati sedikit makanan pun yang ada padaku kecuali sebutir kurma. Maka aku pun memberikan kurma tersebut kepadanya, lalu ia membagi sebutir kurma tersebut untuk kedua putrinya, dan ia tidak makan kurma itu sedikit pun. Setelah itu ibu itu berdiri dan pergi keluar. Lalu masuklah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka aku pun mengabarkannya tentang ini, lantas beliau bersabda, "Barangsiapa yang diuji dengan sesuatu dari anak-anak perempuan lalu ia berbuat baik kepada mereka, maka mereka akan menjadi penghalang baginya dari api neraka" (HR. Bukhari no 1418 dan Muslim no 2629).
Baca Juga: Cinta Mati pada Wayang Kulit, Sampai Kekuatan Raden Gatotkaca Terbawa Dalam Dunia Nyata
Seberat apapun, Jumirah bertekad akan melakukannya demi anak-anaknya. Yang membuat Jumirah trenyuh, justru saat kedua putrinya itu menanyakan ayahnya.
"Bu, kenapa sih Bapak kok nggak pulang-pulang. Ani kangen sama Bapak. Teman Ani suka dijemput Bapaknya, tapi Ani selalu pulang sendiri jalan kaki," kata si sulung, yang membuat Jumirah hanya bisa meneteskan air matanya. (Bersambung) *