harianmerapi.com - Hujan turun dengan derasnya. Parlan hanya bisa duduk termenung menunggui onggokan buah-buahan, yang sedari pagi belum disentuh pembeli.
Ia memang tak pernah mengeluh, karena ia selau berpendapat bahwa rezeki tak akan kemana. Namun ada rasa gelisah ketika memikirkan istrinya di rumah, yang tengah menunggu kelahiran buah hati pertama mereka. Jelas ia butuh uang banyak, namun rezeki sepertinya belum mau menghampiri.
Parlan sebenarnya berharap buah dagangannya bisa laku keras, sehingga membawa pulang banyak keuntungan. Selama ini ia sudah menabung sedikit demi sedikit untuk menyambut kehadiran si kecil.
Tapi rupanya hari ini kondisinya sedang tidak menguntungkan. Hujan yang tak kunjung reda membuat dagangannya belum laku sama sekali.
Tiba-tiba matanya tertambat ke arah seberang jalan. Ia melihat segerombol anak kecil membawa payung berlarian mengejar dan mengantar pengunjung toko serba ada.
Sekalipun hujan, toko tersebut tetap saja ramai pengunjung karena menyediakan berbagai kebutuhan sehari-hari dan ada restorannya pula.
Baca Juga: Cerita Horor Lewat Jalan Angker Diantar Manusia Bermotor Tanpa Kepala
Kondisi hujan rupanya dimanfaatkan beberapa anak dan orang dewasa untuk menjadi ojek payung. Mereka mengantar pengunjung, baik saat masuk ke toko maupun kembali ke mobilnya.
"Rezeki bisa dimana saja dan kapan saja. Saat saya kehilangan pembeli karena hujan, orang lain justru memanfatkan kondisi ini untuk mengais rezeki dengan menjadi ojek payung. Tidak boleh mengeluh, karena ada saatnya nanti rezeki untuk saya," kata Parlan dalam hati.
"Sesungguhnya yang berkecukupan adalah orang yang hatinya selalu merasa cukup, dan orang fakir adalah orang yang hatinya selalu rakus." (HR. Ibnu Hibba).
Baca Juga: Lima Rahasia Keberhasilan Dakwah Nabi Muhammad SAW
Tiba-tiba lamunan Parlan buyar oleh kedatangan sebuah mobil tepat di depan lapaknya. Keluarlah seorang lelaki dengan pakaian necis. "Pak, ada mangga yang masih mentah?" tanya bapak tersebut.
Dengan cekatan Parlan mencoba mencari-cari buah mangga yang sekiranya masih mentah. Cukup lama mencari namun semua mangga ternyata sudah matang.
Tiba-tiba ia teringat, saat buka lapak di pagi hari sempat menyingkirkan dan hendak membuang sebuah mangga karena belum masak.