hidayah

Pernikahan yang Tak Direstui 6: Menyandang Predikat Sarjana Pengangguran

Rabu, 3 November 2021 | 20:20 WIB
Marjina mulai uring-uringan karena suaminya tak juga dapat pekerjaan. (Ilustrasi Sibhe)

harianmerapi.com -Sama seperti saat menikah dulu, kebahagiaan itu dirasakan hanya beberapa saat saja. Begitu pula dengan acara wisuda Berjo.

Sempat dirasa ada kebahagiaan, karena munculnya harapan bahwa memegang gelar sarjana akan dengan mudah mencari pekerjaan. Nyatanya, harapan itu tinggal harapan.

Sehari dua hari, seminggu dua minggu, akhirnya sampai beberapa bulan, pekerjaan yang sangat didambakan itu tak juga hadir.

Baca Juga: Rezeki Mengalir Setelah Mengantar Perempuan Misterius Baju Putih

Jadilah Berjo menyandang predikat sebagai sarjana pengangguran. Rupanya nilai indeks prestasi (IP) yang pas-pasan turut mempengaruhi peluang dirinya untuk mendapatkan pekerjaan.

Bahkan banyak perusahaan yang sudah mencatumkan syarat IP minimal, sehingga membuat Berjo mundur sebelum mengajukan lamaran.

Terpaksa Berjo harus menjalani kembali pekerjaan lamanya, serabutan. Kadang menjadi tukang parkir ilegal, sopir pocokan, atau apa saja yang bisa ia lakukan asal mampu mendapatkan uang.

Baca Juga: Berbelanja di Hari yang Salah, Ternyata Datang ke Pasar Hantu

Meski Berjo tak pernah mengeluh dengan nasib yang dialaminya, namun berbeda halnya dengan Marjina. Sebulan dua bulan ia masih bisa menerima kenyataan. Namun karena sampai berbulan-bulan, rasa jenuh yang muncul.

"Mas, apa nasib kita akan seperti ini terus. Malu aku Mas sama bapak ibu," kata Marjina.
"Sabar Dik, selama ini Mas kan juga sudah berusaha," jawab Berjo.

"Sabar, sabar. Kurang apa lagi kesabaranku. Lihat Mas, baju anak saja kita nggak bisa belikan. Kemarin terpaksa Ibu yang beli. Makan kadang-kadang juga terpaksaminta Ibu. Sampai kapan seperti ini?"

Baca Juga: Wanita Korban Pembunuhan Memberi Petunjuk

Dari perbincangan keluh kesah seperti itu, akhirnya berkembang menjadi percekcokan berkepanjangan. Pikiran Berjo sendiri sudah pusing, ditambah omelan istrinya yang menurut pemikirannya tak pernah mau menyadari keadaan.

"Apakah semua ini dosa yang harus kutanggung, karena sudah melawan orang tua ya?" kata Berjo dalam hati.

Ingin rasanya ia mengunjungi orang tuanya dan meminta maaf atas semua kesalahan yang ia lakukan. Namun Berjo merasa malu untuk melakukan hal itu.

Halaman:

Tags

Terkini

Filosofi laron dalam masyarakat Jawa

Senin, 28 April 2025 | 14:45 WIB