BANYAK cerita misteri tentang pesugihan. Kali ini pedugihan monyet, yang seperti biasanya harus memakan tumbal.
Siang itu, cuaca sangat panas namun warungnya sepi pelanggan. Iyah pun duduk di kursi sambil kipas – kipas agar tidak kegerahan. Ketika ia sedang kipas–kipas sambil bersenandung, mendadak ada suara ban Meletus. Ban salah satu trukyang sedang membawa muatan pasir meletus.
Truk yang mengalami ban Meletus berjarak kira–kira 100 meter dari warungnya. Iyah melihat dari dalam warung ada tiga orang penumpang di dalam truk. Satu sebagai sopir, dan dua sebagai kernet.
Baca Juga: Kejujuran Membawa Nikmat 28: Menjatuhkan Pilihan Hati dengan Hati-hati
Si sopir berkali–kali mengumpat kearah belakang truk dengan telunjuk menunjuk–nunjuk, seperti menghardik kernetnya. Tapi, di belakang truk tidak ada orang.
“Sopir itu enggak waras. Gak ada orangnya kok dimaki–maki,” gumam Iyah.
Melihat si sopir sedang berjalan menuju warungnya, Iyah membersihkan remah–remah gorengan yang di atas meja.
Baca Juga: Mbah Kyai Pahing 5: Gunungan dan Jajan Pasar Sebagai Bentuk Syukur
“Es caonya satu,” pintanya tanpa permisi lebih dulu
“Iya, mas,” kata Iyah
“Jangan lupa gulanya yang banyak,” pintanya lagi
“Ini, mas,” kata Iyah sambil menyuguhkan
Sambil meminum es cao, Iyah melihat pelanggan barunya sering curi–curi pandang. Semangkok es cao telah habis, dan ia meminta satu porsi lagi. Saat Iyah menyajikannya, dia berkata namanya Kang Jarni.
Iyah dan Kang Jarni pun berkenalan, lalu berbicara ngalor ngidul tentang banyak hal. Mereka memang baru pertama bertemu namun sudah seperti kawan lama.
Baca Juga: Gantungkan Cita-cita Setinggi Langit 3: Kesuksesan Anak, Kebanggaan Orangtua
Dari pertemuan itulah, Kang Jarni sering mampir ke warung Iyah. Saat mengantar pasir kemanapun, ia selalu menyempatkan mampir ke warung es cao Iyah. Witing tresno jalaran songko kulino, cinta tumbuh karena terbiasa.
Kang Jarni yang terbiasa bertemu dengan Iyah walau hanya sebentar, melahirkan bunga–bunga asmara di hati keduanya. Dua tahun menjalin jalinan asmara mengantarkan keduanya menuju pelaminan.
Pesta pernikahan keduanya digelar sangat meriah. Namun, Mak Aminah ibunya Iyah tidak hadir sama sekali.