MAKAM selalu memberikan nuansa menyeramkan. Banyak cerita misteri yang bisa digali dari sana. Seperti halnya pengalaman yang dialami Gino (bukan nama sebenarnya), seorang tukang becak yang biasa mencari penumpang hingga malam.
Sore itu Gino sedang thethek di tempat biasa ia mangkal. Tak berapa lama, datang seorang perempuan setengah baya. Berkain batik tulis dan berkebaya warna hijau tua.
"Antar aku ke nDagaran, Pak. Duapuluh ya," ujarnya.
Baca Juga: Kejujuran Membawa Nikmat 15: Antara Mengurus Jenazah Mama dan Merawat Papa
Karena memang segitu ongkos naik becak dari tempat tersebut ke nDagaran, Gino pun menyanggupi. Dikayuhlah becaknya pelan-pelan.
"Sama lapangan bola itu sebelah mananya, Bu?" tanya Gino.
"Sebelah timurnya persis," jawab penumpangnya.
Gino terhenyak. Dia tahu betul jika sebelah timur lapangan bola adalah Makam Jatilaya. Sebuah pemakaman umum yang arealnya sangat luas. Tahu jika pengemudi becak itu cemas, penumpang perempuan tersebut tertawa ngakak.
Baca Juga: Ternyata Mudah Menyimpan Brokoli, Stroberi, dan Nanas Bisa Awet Hingga 1 Bulan. Ini Tipsnya
"Enggak dhiiing. Aku hanya bercanda. Rumahku memang di sebelah timur Makam itu. Tapi ke timur sedikit terus belok kiri kira-kira limapuluh meter. Aku manusia lumrah, Pak. Bukan dhemit, bukan lelembut," ujar perempuan itu masih dengan ketawa ngakak.
Seminggu kemudian. Jam sepuluh malam Gino mengayuh becaknya lewat depan gedung pertemuan "Batik Indah". Dia melihat sesosok perempuan, sepertinya cemas. Mungkin menanti jemputan yang belum kunjung datang. Untung-untungan Gino mendekati.
"Mangga saya antar, Bu. Ke timur Makam Jatilaya kampung nDagaran to?" ucap Gino berspekulasi.
Baca Juga: Ayudia C Berbagi Pengalaman Lewat Jurnal Berisi 30 Gaya Terbaru
Dia masih ingat jika perempuan tersebut adalah penumpangnya yang seminggu lalu dia antarkan ke tempat itu. Dan yang sangat diingat adalah busana yang dikenakan. Berkain batik tulis dan berkebaya warna hijau tua.
Tanpa menawar, perempuan tersebut langsung naik ke jok depan. Gino pun melenggang menuju tempat yang dimaksud. Sampai lapangan bola dan melewati depan gapura Makam Jatilaya, Gino mempercepat laju becaknya.
"Lho...lho...kebablasen, Pak. Stop, aku turun disini!" perintah penumpangnya begitu sampai di depan gapura Makam Jatilaya.
"Lho, rumah panjenengan kan masih kesana sedikit to?" ujar Gino setengah ngeyel.